Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Bakal Suntik PMN Rp73,26 Triliun ke BUMN, Bagaimana Prospeknya?

Penambahan modal melalui PMN maupun rights issue diyakini akan mengakselerasi kinerja BUMN pada tahun depan, serta diharapkan meningkatkan kontribusinya pada penerimaan negara melalui dividen.
Suasana proyek tol Indralaya-Prabumulih, Sumatra Selatan, sebagai bagian tugas PT Hutama Karya (Persero) mengembangkan Tol Trans Sumatra, Kamis (5/5). JIBI/Bisnis/Suselo Jati
Suasana proyek tol Indralaya-Prabumulih, Sumatra Selatan, sebagai bagian tugas PT Hutama Karya (Persero) mengembangkan Tol Trans Sumatra, Kamis (5/5). JIBI/Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN mengajukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp73,26 triliun kepada 10 BUMN pada 2023. Enam emiten BUMN juga direncanakan melakukan rights issue pada semester II/2022.

Pengajuan PMN ini masuk dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2023. Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo menjelaskan PMN terbesar akan disalurkan ke PT Hutama Karya (Persero) sebesar Rp30,56 triliun yang dipakai membangun lanjutan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Nilai PMN Hutama Karya ini lebih rendah dibandingkan pengajuan awal yang sebesar Rp36,78 triliun.

Sementara itu, emiten BUMN yang bakal melakukan rights issue mencakup Semen Indonesia (SMGR), Waskita Karya (WSKT), Adhi Karya (ADHI), Bank BTN (BBTN), Garuda Indonesia (GIAA), dan Krakatau Steel (KRAS).

Penambahan modal melalui PMN maupun rights issue diyakini akan mengakselerasi kinerja perusahaan pelat merah pada tahun depan, serta diharapkan meningkatkan kontribusinya pada penerimaan negara melalui dividen.

Sejauh ini, tercatat sebanyak 11 BUMN telah menyetorkan dividen ke negara untuk tahun buku 2021 dengan nilai Rp41 triliun, mendekati dividen pada tahun buku 2020 Rp45 triliun.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan potensi serapan saham baru bisa optimal di kalangan emiten BUMN. Hal ini tak lepas dari faktor dukungan kuang pemerintah.

“Biasanya penyerapannya bisa optimal karena adanya faktor dukungan kuat dari pemerintah, selain daripada hanya mengandalkan para pelaku investor sebagaimana emiten non-BUMN,” kata Nafan, Selasa (7/6/2022).

Nafan melihat kinerja BUMN ke depan akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan konflik Rusia dan Ukraina yang secara langsung telah berdampak pada harga komoditas global.

Sebagaimana diketahui, sejumlah BUMN pertambangan berhasil membukukan kinerja positif selama kuartal I/2022 imbas dari kenaikan harga jual rata-rata. Harga komoditas yang melandai bakal memengaruhi besaran dividen yang diperoleh negara.

“BUMN pertambangan menjadi salah satu yang kinerjanya optimal sehingga wajar dividen besar pertumbuhannya. Namun saat commodity booming berakhir, penghiliran di pertambangan perlu digenjot untuk menjaga kinerja,” ujar Nafan.

Meski demikian, Nafan melihat prospek pemulihan ekonomi akan menjadi katalis positif bagi BUMN sektor perbankan dan infrastruktur. Kebutuhan pembangunan dan kontrak karya yang meningkat di kalangan BUMN konstruksi bisa menjadi pengerek kinerja selama 2022 dan 2023.

“PMN ini bisa memberikan keuntungan, contohnya sektor konstruksi dalam rangka memperoleh likuiditas agar bisa melanjutkan pembangunan infrastruktur strategis,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper