Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Naik Lagi, Sentimen Cadangan AS Tepis Rencana Arab Saudi

Harga minyak menguat di tengah berkurangnya cadangan minyak Amerika Serikat, dan sentimen ini direspons pasar lebih kuat dibandingkan rencana Arab Saudi meningkatkan produksi yang sempat membuat harga tertekan.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berhasil melonjak kembali seiring dengan turunnya cadangan AS yang menunjukkan peningkatan permintaan, setelah sempat anjlok 3 persen akibat rencana Arab Saudi tambah produksi.

Pada perdagangan Jumat (3/6/2022) pukul 05.21 WIB, harga minyak WTI naik 0,39 persen atau 0,46 poin menjadi US$117,33 per barel. Harga minyak Brent masih belum bergerak dari penutupan semalam, naik 1,14 persen menjadi US$117,61 per barel

Pemerintah AS menyebutkan stok minyak mentah AS turun 5,1 juta barel oada pekan lalu, lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan analis. Sebelumnya, badan swasta American Petroleum Institute melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 1,18 juta barel pekan lalu, sementara stok bensin turun 256.000 barel.

Sentimen AS tersebut mendorong harga minyak yang sempat tertekan rencana Arab Saudi memacu produksi lebih banyak.

The Financial Times, sebagaimana dikutip Bloomberg, Kamis (2/6), melaporkan bahwa Arab Saudi telah mengindikasikan kepada sekutu Barat bahwa mereka siap meningkatkan pasokan minyak. Menurut data OPEC, Arab Saudi memproduksi minyak mentah 10,4 juta barel per hari pada April.

Kabar terbaru dari OPEC+ menyebutkan kelompok itu siap meningkatkan kenaikan pasokan minyaknya sekitar 50 persen, tunduk pada tekanan berbulan-bulan AS.

Menurut delegasi panel yang tidak ingin disebutkan namanya, sebuah panel menteri kemarin merekomendasikan bahwa kelompok tersebut harus menambahkan 648.000 barel per hari minyak ke pasar pada Juli dan Agustus, naik dari 432.000 barel per hari dalam beberapa bulan terakhir. Pertemuan paripurna kartel tersebut, yang dapat membuat keputusan kebijakan resmi, dijadwalkan akan segera dimulai.

Jika OPEC dan sekutunya itu membuka keran lebih luas, itu akan menjadi perubahan haluan besar. Kelompok itu, yang dipimpin oleh Arab Saudi, dengan teguh berpegang pada rencananya untuk meningkatkan pasokan bulanan secara bertahap, bahkan setelah invasi Ukraina oleh Rusia, anggota kunci kelompok itu, menjungkirbalikkan pasar global dan membuat harga energi melonjak.

Minyak membatasi kenaikan bulanan keenam pada Mei, kemenangan beruntun terbaik sejak awal 2011, karena pengetatan pasar akibat perang di Ukraina bertepatan dengan pemulihan. Di pihak lain, upaya Uni Eropa untuk menyetujui larangan parsial impor minyak Rusia menemui hambatan setelah Hongaria mengajukan tuntutan baru atau yang sudah ditolak.

“Pasar minyak menahan napas menjelang pertemuan OPEC. Pasar kemungkinan mengamati beberapa indikasi resmi bahwa OPEC akan menebus beberapa output yang hilang dari Rusia setelah embargo UE,” kata Jens Naervig Pedersen, analis senior di Danske Bank A/S di Kopenhagen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper