Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed menyatakan pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam tersebut mengalami kontraksi.
Mengutip Bloomberg, dalam laporan Beige Book kemarin, ada beberapa indikator yang mengganggu perekonomian, seperti ekspansi dan kenaikan harga, konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta gangguan berkelanjutan dari wabah Covid-19.
“Empat distrik secara eksplisit mencatat bahwa laju pertumbuhan telah melambat sejak periode sebelumnya,” ujar The Fed dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/6/2022).
Sebagai informasi, The Fed menaikkan suku bunga setengah poin pada Mei 2022 dan mengisyaratkan kenaikan serupa pada Juni dan Juli mendatang.
Hal ini dilakukan untuk menjinakkan inflasi yang dianggap terparah dalam beberapa dekade terakhir.
Ekonom Bloomberg Eliza Winger mengatakan, sinyal tersebut menjadi pertanda bahwa ekonomi tengah kehilangan momentum.
Baca Juga
“Kami mengharapkan pertumbuhan yang solid pada kuartal ini, tetapi melihat pendinginan yang lebih luas menjelang akhir tahun,” pungkas Winger.
Lebih lanjut, dalam laporan Beige Book, The Fed menuliskan ketidakpastian prospek ekonomi akhirnya berimbas pada sejumlah bisnis yang menarik kembali investasinya.
Sebelumnya, Chief Executive Officer JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon mewanti-wanti investor terkait adanya badai ekonomi yang mungkin akan terjadi.
“Pengetatan kebijakan moneter dan invasi Rusia ke Ukraina dapat menciptakan hambatan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Dimon.
Untuk melawan kenaikan harga, pembuat kebijakan juga memutuskan akan mulai menyusutkan neraca bank sentral hingga US$8,9 triliun bulan ini.
Komite The Federal Open Market akan mengadakan pertemuan untuk membahas kebijakan pada 14-15 Juni 2022.