Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia terpantau terus mendidih, didukung isyarat OPEC+ untuk mempertahankan komitmen produksinya. Sikap ini mengindikasikan OPEC+ tidak akan menambah lebih banyak pasokan ke pasar untuk mendinginkan harga energi yang sudah melonjak 74,08 persen dalam setahun terakhir (year-on-year/yoy).
Semakin memanasnya harga minyak itu seiring meningkatnya optimisme sisi ekonomi menuju rencana pembukaan penguncian (locdown) di China.
Mengutip data Bloomberg sampai dengan penutupan Jumat (27/5/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 0,86 persen atau 0,98 poin ke US$115,07 per barel. Sementara itu, harga minya Brent naik 1,73 persen atau 2,03 poin ke US$119,43 per barel.
Tim Riset ICDX menyebutkan dalam pertemuan yang dijadwalkan berlangsung pada 2 Juni 2022 mendatang untuk menetapkan kuota produksi bulan Juli, OPEC dan sekutunya diperkirakan akan tetap mempertahankan kesepakatan yang dibuat sebelumnya, yaitu meningkatkan produksi sebesar 432.000 bph. Pada April 2022, OPEC+ tercatat memproduksi 2.6 juta bph di bawah target, dimana Rusia menyumbang setengah dari kekurangan produksi tersebut.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan produksi minyak dan kondensat di negara itu diperkirakan turun lebih dari 8 persen menjadi 480 juta - 500 juta ton tahun ini, dari 524 juta ton pada 2021.
Turut mendukung pergerakan harga minyak, Kementerian Keuangan dan Administrasi Penerbangan Sipil China pada Kamis (26/5/2022) mengumumkan subsidi fiskal untuk maskapai penerbangan domestik mulai dari 21 Mei hingga 20 Juli 2022, dengan syarat jumlah harian penerbangan penumpang domestik rata-rata tidak lebih dari 4.500 per minggu.
"Subsidi tersebut menambah optimisme pasar akan kembali bangkitnya sektor penerbangan pasca-penguncian di Shanghai dan kota-kota sekitarnya, terlebih dengan rencana pembukaan penguncian Shanghai secara penuh mulai 1 Juni nanti," jelas Tim Riset ICDX dalam riset harian, dikutip Sabtu (28/5/2022).
Sementara itu, penerapan sanksi embargo minyak yang diusulkan oleh Uni Eropa (UE) berpotensi terhambat. Hungaria yang menentang keras usulan tersebut, pada hari Kamis menyatakan bahwa dibutuhkan waktu hingga 4 tahun untuk bisa beralih dari minyak Rusia, selain itu Hungaria juga menegaskan tidak dapat mendukung embargo sampai ada kesepakatan tentang semua masalah. Meski demikian, Presiden Dewan UE Charles Michel mengatakan dia yakin kesepakatan dapat dicapai sebelum pertemuan dewan berikutnya pada 30 Mei 2022.
Indikator lain yang dipantau oleh pasar adalah rilisnya data jumlah rig minyak AS yang akan dirilis pekan ini oleh perusahaan jasa energi Baker Hughes. Di samping itu, AS akan memasuki puncak musim mengemudi yang dimulai akhir pekan Memorial Day.
Melihat dari sudut pandang teknis, ICDX memperkirakan harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$120 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$110 per barel.