Bisnis.com, JAKARTA – Tren pemulihan ekonomi dan naiknya outlook utang menjadi sejumlah sentimen utama yang membuat penawaran sukuk global Indonesia ramai diburu investor asing.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menjelaskan, emisi global bond Indonesia, termasuk sukuk global, biasanya memang cukup ramai diminati oleh para investor. Hal tersebut terlihat dari perolehan dari penawaran obligasi global Indonesia yang kerap oversubscribed.
Ia menjelaskan, salah satu faktor yang menopang minat investor terhadap penerbitan sukuk global kali ini adalah kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih optimal. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 masih di atas 5% seiring dengan penanganan pandemi virus corona yang bagus.
Selain itu, pemulihan ekonomi juga berimbas pada mobilitas masyarakat yang meningkat dan memunculkan prospek pertumbuhan ekonomi yang akan solid ke depannya. Pemerintah juga cukup berhasil menjaga inflasi tetap rendah ditengah pertumbuhan penerimaan fiskal seiring dengan UU Harmonisasi pajak.
Selain itu, tren kenaikan harga komoditas juga berdampak positif untuk neraca perdagangan, sehingga outlook CAD yang biasanya negatif ada potensi melanjutkan surplus seperti yang terjadi tahun 2021 lalu.
“Ini juga menjelaskan mengapa S&P mengubah outlook sovereign rating kita jadi stable dari sebelumnya negatif selama hampir dua tahun,” katanya saat dihubungi pada Rabu (25/5/2022).
Baca Juga
Ke depannya, Handy mengatakan minat investor terhadap global bond terbitan Indonesia masih akan positif. Dari sisi permintaan, Handy mengatakan investor asing memandang imbal hasil (yield) yang ditawarkan global bond Indonesia sangat menarik dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan emerging market lainnya.
Selain itu, Indonesia juga sudah cukup lama tidak menerbitkan obligasi global berdenominasi dolar AS. Handy menambahkan, beberapa seri terbitan Indonesia bahkan sudah ada yang jatuh tempo.
“Hal ini juga kemungkinan akan memberikan dorongan demand juga, karena investor mungkin perlu mempertahankan bobot Indonesia di portofolio mereka,” tambahnya.
Lebih lanjut, Handy menambahkan, risiko kenaikan suku bunga global juga tidak akan begitu mempengaruhi minat investor terhadap global bond Indonesia. Menurutnya, sentimen ini nantinya akan terlihat atau priced in dari kupon atau yield yang ditawarkan.
“Intinya, investor pasti akan melihat risk return sebelum memutuskan investasinya, termasuk pada obligasi atau sukuk global Indonesia,” pungkasnya.