Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan BUMN PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) serap Rp928 miliar atau 32 persen anggaran belanja modal pada kuartal pertama 2022.
Direktur Keuangan PTBA Farida Thamrin menyebutkan bahwa realisasi capex PTBA sampai dengan kuartal I/2022 sudah sekitar 32 persen, dari toral capex yang disiapkan Rp2,9 triliun.
"Tapi sebetulnya realisasi capex dibandingkan dengan tahun lalu ada peningkatan 43 persen dari tahun lalu. Sebetulnya penyerapan capex bisa di atas 50 persen terkait setoran modal ke PLTU Sumsel 8. Ini cuma masalah timming," jelasnya pada konferensi pers, Selasa (24/5/2022).
PTBA mencatatkan kinerja moncer sepanjang kuartal I/2022. Produksi batu bara meningkat 40 persen menjadi 6,34 juta ton, sedangkan volume angkutan batu bara meningkat 16 persen menjadi 6,17 juta ton.
Kenaikan produksi dan volume angkutan batu bara ini diikuti pula oleh kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 18 persen menjadi 6,97 juta ton.
Perseroan menargetkan produksi batu bara sebesar 36,41 juta ton dan target angkutan sebesar 31,50 juta ton untuk 2022. Sedangkan untuk volume penjualan batu bara 2022, Perseroan menargetkan peningkatan menjadi 37,10 juta ton.
Baca Juga
Dari sisi kinerja keuangan, PTBA membukukan pendapatan Rp8,2 triliun pada kuartal I/2022, melonjak 105,43 persen year on year (yoy) dari Rp3,99 triliun pada kuartal I/2021.
PTBA meraih laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp2,27 triliun. Laba bersih tersebut melonjak 354,61 persen yoy dari sebelumnya Rp500,52 miliar.
PTBA juga berhasil mengalihkan saham treasuri sejumlah Rp303.148.100 lembar pada harga Rp2.280 per lembar saham dengan dana diterima Perseroan diluar biaya pengalihan sebesar Rp691.177.668.000.
Terkait proyek Gasifikasi Batu Bara, terbitnya Perpres 109 tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo, menjadikan 2 ( dua ) proyek PTBA masuk menjadi PSN (Proyek Strategis Nasional). Salah satu di antaranya yakni Hilirisasi Gasifikasi Batu ra di Tanjung Enim.
Proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan selama 20 tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar US$2,3 miliar atau setara Rp32,9 triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG sebesar 1 juta ton per tahun.
Adapun, untuk PLTU Mulut Tambang Sumsel - 8 berkapasitas 2x620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai US$1,68 miliar.
PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35.000 MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah mencapai penyelesaian konstruksi sebesar 95 persen hingga akhir Desember 2021.
Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada 2022. PLTU Sumsel 8 memanfaatkan teknologi PLTU ramah lingkungan supercritical. PLTU juga menerapkan teknolgi flue gas desulfurization (FGD) yang berfungsi meminimalisasi sulfur dioksida (SO2) dari emisi gas buang PLTU .