Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Aset Kripto Kembali Menghijau, Mulai Reli?

Kondisi pasar aset kripto secara mengejutkan tidak mengikuti situasi di pasar modal seperti biasanya.  
Karyawan beraktivitas di Mining farm Rekeningku.com di Cibitung, Jawa Barat, Selasa (21/9/2021). Mining Farm yang telah berjalan sejak Oktober 2017 itu kini memiliki lebih dari 2.000 unit GPU dengan mayoritas menambang koin kripto Ethereum (ETH). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di Mining farm Rekeningku.com di Cibitung, Jawa Barat, Selasa (21/9/2021). Mining Farm yang telah berjalan sejak Oktober 2017 itu kini memiliki lebih dari 2.000 unit GPU dengan mayoritas menambang koin kripto Ethereum (ETH). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar di aset kripto pada pekan ketiga Mei 2022 mulai menunjukan arah yang positif. Terpantau dari situs CoinMarketCap pada Minggu (22/5/2022) sejumlah kripto, terutama 10 aset yang berkapitalisasi besar atau big cap masih bergerak menuju zona hijau dalam 24 jam terakhir.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan ada angin segar pada perdagangan aset kripto. Kondisi pasar kripto juga secara mengejutkan tidak mengikuti situasi di pasar modal seperti biasanya.  

Sejak awal tahun, pasar kripto dan saham terbilang bergerak senada, karena sama-sama tergolong aset berisiko.

"Jika dilihat dari sisi teknikalnya, terlihat kondisi imbas dari para pelaku pasar yang kembali melancarkan aksi beli setelah meyakini sejumlah aset kripto sudah memasuki keadaan oversold. Kondisi ini secara teknikal membuat adanya kemungkinan investor melakukan pembelian sehingga harga kripto berpeluang naik," kata Afid dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (22/5/2022).

Lebih lanjut Afid mencontohkan pergerakan Bitcoin yang sudah oversold di mana pergerakan downtrend yang signifikan dan konsisten dalam waktu lama.

Kini, Bitcoin (BTC) bergerak dan diperdagangkan pada harga kisaran US$30.000-US$31.000. Level support BTC kini berada di titik US$27.500 dan resistance di US$35.000 untuk bull run.

Kendati demikian, Afid mengingatkan bukan berarti sentimen di pasar kripto sudah sepenuhnya stabil.

Kondisi pasar dan tindakan pelaku pasar masih dibayangi tekanan oleh ketidakpastian makroekonomi yang terdiri dari meroketnya inflasi, kebijakan agresif bank sentral dan potensi resesi di beberapa negara.

"Investor khawatir pelemahan ekonomi global ke depan, bisa berujung pada resesi. Dampaknya daya beli masyarakat menurun. Bank sentral berbagai negara bakal mengerek suku bunga acuannya dengan agresif demi menangkal inflasi. Namun, jika itu terjadi, maka pertumbuhan konsumsi dan investasi bisa terhambat," terangnya.

Kondisi itu tentu membuat investor akan mengalihkan uangnya dari pasar modal ke aset yang lebih aman, dan market kripto pun ikut menjadi korban.

Di sisi lain, dampak dari drama stablecoin UST dan mutualnya LUNA mungkin akan memperlambat antusiasme investor dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang tidak. Kejadian itu tidak akan menimbulkan risiko besar bagi ekosistem kripto dalam jangka panjang.

"Market kripto ya terpukul dan berdampak, tapi itu jadi efek jangka pendek. Dalam jangka panjang, permintaan kripto terutama stablecoin sebagai instrumen investasi dan lindung nilai terhadap inflasi fiat akan terus tumbuh,” imbuh Afid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper