Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menutup Akhir Pekan dengan Menguat Terhadap Dolar AS

Nilai tukar rupiah terpantau menguat pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (20/5/2021). Penguatan juga terpantau pada beberapa mata uang lain di kawasan Asia.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau menguat pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (20/5/2021). Penguatan juga terpantau pada beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 77,0 poin atau 0,52 persen ke posisi Rp14.642,00 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,242 poin atau 0,24 persen di posisi 102,99.

Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia lain yang berbalik menguat di antaranya won Korea Selatan yang naik 0,76 persen, peso Filipina naik 0,45 persen, ringgit Malaysia naik 0,28 persen, dan yuan China menguat 0,50 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain yen Jepang terpantau pelemahan 0,08 persen terhadap dolar AS. Yen Jepang juga melemah terhadap mata uang asing lain seperti terhadap dolar Australia sebesar 0,06 persen.

Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang dalam riset hariannya memperkirakan rupiah pada hari ini berpeluang bergerak dalam rentang Rp14.665—Rp14.800 per dolar AS.

“Pelemahan rupiah menjadi sentimen negatif pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini,” katanya, Jumat (20/5/2022).

Di sisi lain, dolar AS cenderung melemah secara luas pada akhir perdagangan Kamis (19/5/2022). Dolar AS jatuh ke level terendah dua minggu dan memperpanjang kemundurannya dari level tertinggi dalam dua dekade.

Mengutip Antara, Jumat (20/5/2022), dengan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan global, dolar mencatat penurunan tajam terhadap yen Jepang dan franc Swiss, yang cenderung menarik investor pada saat terjadi tekanan atau risiko di pasar.

"Investor mungkin sudah cukup dengan dolar AS dan memilih untuk mendiversifikasi risiko, terutama karena dukungan dolar AS yang lebih luas dari kenaikan imbal hasil AS tampaknya telah maksimal," kata Kepala Strategi Mata Uang Scotia Bank, Shaun Osborne.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper