Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pelat merah termasuk yang menjadi penghuni indeks high dividend 20 akan terdampak aliran modal asing yang berpotensi meningkatkan volatilitas rupiah terhadap dolar AS.
Pengamat BUMN sekaligus Akademisi Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menjelaskan terjadinya ketidakstabilan global yang dipicu oleh faktor eksternal saat ini tentu dapat mengancam ketahanan ekonomi Indonesia.
Potensi ancaman terkait, kata Toto, termasuk kemungkinan terjadinya aliran modal asing keluar yang dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, meningkatnya biaya impor bahan baku, serta potensi melemahnya neraca perdagangan Indonesia.
“BUMN sebagai pelaku ekonomi dominan juga akan terpengaruh terutama yang memiliki interaksi global secara kuat,” kata Toto, menjawab pertanyaan Bisnis, Jumat (26/4/2024).
Salah satunya adalah BUMN anggota Himbara, yang juga merupakan penghuni indeks high dividend 20 seperti BBNI, BMRI dan BBRI.
Menurut Toto, anggota Himbara perlu menyiapkan diri menghadapi situasi kritis diatas. Terutama menjaga porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, pergerakan suku bunga dan harga minyak yang terus meroket.
Baca Juga
“Situasi saat ini sangat potensial atas kemungkinan meningkatnya utang korporasi negara, sehingga bank BUMN harus bersiap diri,” kata dia.
Selain berdampak oleh BUMN Himbara, anggota MIND ID juga ikut terseret. Bagi anggota MIND ID yang memiliki utang dalam dolar AS untuk membiayai kegiatan eksplorasi atau pembangunan smelter. Depresiasi rupiah akan membuat beban utang MIND ID dalam rupiah menjadi lebih besar.
Pada sisi lain depresiasi rupiah juga punya dampak positif. Korporasi Indonesia yang punya proporsi ekspor tinggi tentu akan mendapatkan dampak positif.
BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID, Perkebunan PTPN, dan lain-lain agar bisa memanfaatkan trend kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan.
Setidaknya terdapat dua anggota MIND ID yang masuk dalam konstitusi indeks high dividend 20 yaitu PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Adapun dari total keseluruhan 20 penghuni indeks, terdapat tujuh yang merupakan emiten pelat merah, BBNI, BMRI, BBRI, ANTM, PTBA, TLKM, dan SMGR.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per Jumat (26/4/2024), indeks high dividend ini telah turun 4,97% menjadi 546,27 secara year to date.
Pada perdagangan hari ini saja, indeks turun sebesar 2,34%. Emiten BUMN yang masuk indeks juga ikut menjadi pemberat indeks, kecuali ANTM yang mampu bertahan di jalur hijau.
----------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.