Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyuling AS Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Tergelincir

Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Juli merosot 2,82 atau 2,5 persen ke US$109,11 per barel.
Proyek Lawe-lawe. Pengembangan fasilitas ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak mentah di Indonesia, yang mendorong Pertamina meningkatkan kapasitas penyimpanan yang ada di RDMP RU V - Balikpapan./Hutama Karya
Proyek Lawe-lawe. Pengembangan fasilitas ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak mentah di Indonesia, yang mendorong Pertamina meningkatkan kapasitas penyimpanan yang ada di RDMP RU V - Balikpapan./Hutama Karya

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah 2,5 persen pada akhie perdagangan Rabu (18/5/2022) karena pelaku paasr mengabaikan krisis pasokan setelah data pemerintah AS menunjukkan aktivitasn di penyulingan AS meningkat.

Dilansir Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Juli merosot 2,82 atau 2,5 persen ke US$109,11 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni jatuh 2,81 poin atau 2,5 persen ke US$109,59 per barel.

Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan kedua harga acuan minyak berbalik dari penguatan 2-3 poin per barel, menyusul perubahan sentimen risiko karena pasar saham jatuh.

Brent tetap pada diskon yang tidak biasa untuk WTI sehari setelah menetap di bawah patokan AS untuk pertama kalinya sejak Mei 2020. Para pedagang dan analis mengutip permintaan ekspor yang kuat dan pengetatan stok minyak mentah AS.

Persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel pekan lalu, data pemerintah menunjukkan, penarikan yang tidak terduga, karena penyulingan meningkatkan produksi sebagai tanggapan terhadap persediaan produk yang ketat dan ekspor yang mendekati rekor yang telah memaksa harga solar dan bensin AS ke level rekor.

Harga bensin AS turun 5,0 persen, dua hari setelah menyentuh rekor tertinggi.

Penggunaan kapasitas di Pesisir Timur dan Pesisir Teluk (Gulf Coast) berada di atas 95 persen menempatkan kilang-kilang tersebut mendekati tingkat pengoperasian setinggi mungkin.

"Sementara di muka itu, laporan itu luar biasa bullish, penyuling berlomba untuk menempatkan lebih banyak produk olahan di pasar ... jelas ada tanggapan penyulingan," kata mitra di Again Capital LLC John Kilduff, Kamis (19/5/2022).

Dolar AS menguat dan saham global melemah di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi.

Sentimen bearish juga mengikuti laporan bahwa AS berencana untuk melonggarkan sanksi terhadap Venezuela dan mengizinkan Chevron Corp untuk menegosiasikan lisensi minyak dengan produsen negara PDVSA.

"Persepsi bahwa pasokan dari Venezuela akan datang ke pasar, bersama dengan pasar saham, ini menyebabkan beberapa aksi ambil untung dalam koreksi teknis yang sangat dibutuhkan dalam minyak mentah," kata Dennis Kissler, Wakil Presiden senior untuk perdagangan di BOK Financial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper