Bisnis.com, JAKARTA – PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) menerapkan sejumlah strategi seiring dengan permintaan pasar di sektor rokok mulai pulih pada 2021.
Presiden Direktur Gudang Garam Susilo Wonowidjojo mengatakan, direksi telah mengkaji strategi perseroan dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang ada, termasuk tingkat persaingan dan perekonomian.
“Perseroan terus menjalankan pendekatan secara konsisten berlandaskan keempat pilar strategi, yakni kualitas dan jenis produk, memperhatikan karyawan, mitra usaha dan masyarakat di sekitar kami, menjaga nilai bagi para pemangku kepentingan, dan menjalankan tanggung jawab dengan standar tertinggi,” ujar Susilo dalam keterangan resmi perseroan, Selasa (17/5/2022).
Selain itu, adanya faktor eksternal seperti kenaikan cukai juga berdampak terhadap profitabilitas produsen rokok, tak terkecuali Gudang Garam.
Kenaikan cukai termasuk PPN dan pajak rokok substansial yang secara kumulatif mencapai 40 persen untuk sigaret kretek mesin (SKM) sejak 2020 turut memberikan dampak bagi perseroan, sehingga dilakukan penyesuaian harga jual rokok.
“Hingga saat ini kenaikan cukai tersebut belum seluruhnya diteruskan kepada konsumen mengingat permintaan pasar masih tertekan,” imbuh Susilo.
Baca Juga
Hal ini disebabkan daya beli masyarakat yang belum membaik, salah satunya akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan konsumen kehilangan pekerjaan maupun penurunan penghasilan.
Berdasarkan data Nielsen, volume penjualan rokok nasional meningkat 8,8 persen pada 2021. Hal ini didukung stabilnya harga bahan baku seperti tembakau dan cengkeh, hubungan yang baik dengan pemasok, dan aktivitas belanja bahan baku yang sesuai strategi perseroan.
Di tahun sebelumnya, volume penjualan rokok sempat mengalami penurunan hingga 15,1 persen.
Mengutip data laporan keuangan perseroan, segmen rokok GGRM yang paling pesat laju pertumbuhannya yaitu produk sigaret kretek mesin full flavour (SKM FF), dengan kenaikan 11,9 persen atau 13,1 miliar batang menjadi 122,9 miliar batang. Segmen ini merupakan pasar terbesar dengan pangsa pasar lebih dari 50 persen.
Sedangkan volume penjualan sigaret kretek tangan (SKT) meningkat 7,4 miliar batang atau 17,6 persen menjadi 49,2 miliar batang.
Volume penjualan sigaret kretek mesin rendah tar nikotin (SKM LTN) yang merupakan pangsa pasar terbesar kedua sebesar 23,4 persen, mengalami penurunan 3,6 persen menjadi 55,7 miliar batang.
Adapun volume penjualan rokok putih naik 8,2 persen menjadi 10,4 miliar batang, dengan pangsa pasar 4,4 persen.