Bisnis.com, JAKARTA – Seusai Lebaran 2022, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bakal tertekan seiring dengan menguatnya sentimen negatif dari sisi global dan tradisi sell in may and go away.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengungkapkan saat ini IHSG masih dalam fase uptrend, sehingga potensi penguatan masih mungkin terjadi. Namun, tekanan dari sentimen global mungkin membuat IHSG terkonsolidasi terbatas.
Dengan kondisi saat ini, IHSG masih memiliki potensi untuk menguat, terutama karena harga komoditas yang tinggi dapat membantu menstabilisasi keadaan ekonomi Indonesia.
"Namun, dalam jangka pendek saya rasa akan ada potensi gejolak pada IHSG karena aksi pengetatan moneter dari bank sentral seluruh dunia, termasuk The Fed yang menaikan 50 bps pada pertemuan Mei kemarin ini," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (8/5/2022).
Secara sektoral lanjutnya, apabila harga komoditas dapat stabil di posisi saat ini, lanjutnya, saham emiten sektor komoditas masih menarik dicermati usai periode libur Idulfitri ini.
"Namun, investor perlu waspada terhadap potensi penurunan harga komoditas akibat tapering off dan juga apabila tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina menurun," paparnya.
Baca Juga
Pada pekan terakhir sebelum libur Lebaran, Selama sepekan, 25--28 April 2022, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat IHSG ditutup naik tipis 0,05 persen. Aksi beli bersih investor asing juga masih terjadi.
IHSG turut mengalami peningkatan tipis sebesar 0,05 persen pada level 7.228,914 dari posisi 7.225,606 pada pekan sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono menjelaskan investor asing juga pada Jumat (29/4/2022) mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp2,381 triliun.
"Sepanjang tahun 2022 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp72,167 triliun," jelasnya.
Kenaikan terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa sebesar 12,24 persen menjadi Rp23,955 triliun dari Rp21,342 triliun pada penutupan pekan yang lalu.
Kenaikan turut terjadi pada kapitalisasi pasar bursa yang ditutup meningkat 1,08 persen menjadi Rp9.555,009 triliun dari Rp9.452,520 triliun pada pekan sebelumnya.
Penurunan terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa sebesar 6,91 persen menjadi 24,393 miliar saham dari 26,203 miliar saham pada penutupan pekan sebelumnya.
Rata-rata frekuensi harian bursa selama sepekan turut mengalami penurunan sebesar 5,01 persen menjadi 1.465.440 transaksi dari 1.542.656 transaksi pada pekan sebelumnya.