Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berpeluang bergerak turun dalam jangka pendek di tengah outlook penguatan dolar AS yang dipicu ekspektasi kenaikan suku bunga AS.
Namun, penurunan dapat terbatas jika pasar mencemaskan penyebaran virus Covid-19 di China yang dapat memicu permintaan aset safe haven logam mulia.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (28/4/2022), harga emas Comex tercatat terkoreksi 11,40 poin atau 0,60 persen ke US$1.877,30 per troy ons. Sedangkan, harga emas spot turun 8,94 poin atau 0,47 persen ke US$1.877,16 per tron ons.
Di sisi lain, Indeks dolar AS naik 0,58 persen ke 103,58, mencapai level tertinggi sejak Januari 2017, yang dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan menjadi lebih hawkish.
Analis Monex Investindo Futures (MIFX) Faisyal, mengatakan trader saat ini memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunga sebesar 50 bps untuk masing-masing dalam tiga pertemuan selanjutnya di tengah bank sentral berupaya meredam lonjakan inflasi yang saat ini sudah berada di atas target mereka di level 2 persen.
Baca Juga
“Sementara itu, dari perkembangan penyebaran virus Covid-19 di China terlihat mengkhawatirkan pasar di tengah laporan ibu kota China, Beijing melaporkan 48 kasus baru Covid-19 bergejala dan 2 kasus baru tanpa gejala pada 27 April,” papar Faisyal dalam riset harian, Kamis (28/4/2022).
Beijing mencatat 31 kasus bergejala sehari sebelumnya dan tiga yang tanpa gejala, saat memulai program pengujian massal yang bertujuan untuk membendung wabah baru.
Selanjutnya, pada hari ini pasar akan mencari katalis dari data ekonomi AS seperti Advance GDP dan Unemployment Claims yang dirilis bersamaan pukul 19:30 WIB.
Hari ini, MIFX memperkirakan emas berpeluang dijual selama bergerak di bawah level resistance di US$1.892 karena berpotensi bergerak turun menguji support terdekat di US$1.878.
“Namun, jika bergerak naik hingga menembus ke atas level US$1.892, emas berpeluang dibeli karena berpotensi naik lebih lanjut menargetkan resistance selanjutnya di US$1.900,” tulisnya.