Bisnis.com, JAKARTA – Tren penurunan dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana memasuki periode libur Lebaran berpotensi berlanjut pada tahun ini.
Meski demikian, faktor musiman ini tidak menjadi sentimen utama yang akan mendorong penurunan dana kelolaan industri.
Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra mengatakan secara historis, investor memang cenderung mengurangi sebagian dari portofolionya memasuki musim libur, terutama pada Lebaran dan pertengahan tahun. Periode lbur lebaran ini selama 5 tahun belakangan umumnya terjadi pada rentang bulan Mei – Juli.
“Secara siklus, investor memang cenderung berdivestasi pada masa libur Lebaran, karena itu ada juga terminologi yang cukup popular, yaitu Sell in May and Go Away,” jelasnya saat dihubungi, Rabu (27/4/2022).
Meski demikian, Guntur mengatakan faktor musiman tidak dapat menjadi satu-satunya sentimen utama yang menyebabkan penurunan jumlah dana kelolaan reksa dana. Turunnya AUM juga dapat disebabkan dari berbagai faktor eksternal dan internal.
Baca Juga
Selain itu, kondisi pasar pada setiap tahun pun juga dipastikan berbeda. Hal ini memunculkan sentimen-sentimen yang bervariasi setiap tahunnya.
Guntur melanjutkan, tren penurunan AUM pada masa libur lebaran masih mungkin terjadi pada tahun ini. Selain faktor musiman, hal ini juga didukung oleh pergerakan pasar yang cenderung positif selama beberapa bulan belakangan.
“Hal ini membuat investor berpotensi melakukan profit taking sementara sehingga memicu penurunan dana kelolaan,” lanjut Guntur.
Di sisi lain, penguatan kinerja reksa dana juga dapat memicu pertumbuhan dana kelolaan yang disebabkan oleh naiknya harga underlying aset, bukan disebabkan oleh subscription.
“Ada juga investor yang melakukan switching alokasi aset, misalnya melakukan profit taking dari reksa dana saham dan melakukan penempatan di reksa dana pasar uang. Ini adalah kondisi dimana dana kelolaan tidak serta merta turun,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menambahkan, adanya masa libur Lebaran tidak begitu relevan terhadap pergerakan dana kelolaan. Menurutnya, pergerakan dana kelolaan lebih dipengaruhi oleh performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga obligasi.
Ia menjelaskan, jika kinerja pasar cenderung mengalami reli, maka investor akan cenderung menjual sebagian reksa dananya dan mengambil untung.
“Sebaliknya jika kinerja pasar turun banyak, dana kelolaan malah berpeluang naik karena orang memanfaatkan momentum,” pungkasnya.