Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah berpotensi ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pekan depan.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi, ditutup menguat terbatas di rentang Rp14.330-Rp14.360.
Menurutnya ada beberapa faktor yang menopang penguatan rupiah di minggu ketiga Ramadan. "Pedagang juga menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa di kemudian hari, untuk melihat apakah mereka berada dalam suasana hati yang sama, lebih hawkish seperti rekan-rekan global mereka," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (14/4/2022).
Dia melanjutkan, benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun turun pada hari Rabu, menyusul kenaikan stabil di awal bulan karena investor bertaruh bahwa Federal Reserve AS akan secara agresif memperketat kebijakan moneter untuk mengekang inflasi yang tinggi.
Sementara dari dalam negeri, sentimen datang dari keyakinan pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi di triwulan I/2022 optimistis di 4,8-5,2 persen. Hal itu diperkuat dari data kinerja sektor industri pengolahan triwulan I/2022 terindikasi meningkat dan berada pada fase ekspansi.
Hal tersebut tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) sebesar 51,77 persen, lebih tinggi dari 50,17 persen pada triwulan IV/2021, dan berada dalam fase ekspansi.
Baca Juga
Selain itu, data Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan dunia usaha pada triwulan IV/2021 tumbuh positif.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang Garuda ditutup naik 18,5 poin atau 0,13 persen ke level Rp14.344 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya ditutup berfluktuatif yakni yen Jepang yang menguat 0,21 persen, won Korea Selatan yang naik 0,25 persen, yuan China yang turun 0,02 persen, dan baht Thailand melemah 0,41 persen.
Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat melemah 0,198 poin atau 0,20 persen ke level 99,68.