Bisnis.com, JAKARTA – PT Panin Asset Management mencatatkan peningkatan dana kelolaan reksa dana secara bulanan pada Maret 2022 yang searah dengan pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menyampaikan dana kelolaan Panin Asset Management (Panin AM) tercatat meningkat dari Rp12,9 triliun pada Februari 2022 menjadi Rp13,2 triliun per Maret 2022.
Di mana kinerja produk reksa dana di Panin AM ungkapnya cukup searah dengan indeks acuannya. Untuk produk reksa dana saham dan campuran meningkat mengikuti pergerakan IHSG.
Berdasarkan data Panin AM untuk reksa dana saham, produk Panin IDX-30 Kelas A mencatatkan kinerja terbaik sepanjang tahun per Maret 2022 yaitu naik 10,72 persen year to date (ytd) dengan nilai aktiva bersih (NAB) sebesar Rp941,70 miliar.
Sementara untuk reksa dana campuran, produk Panin Dana Bersama mencatatkan peningkatan kinerja 5,48 persen ytd dengan NAB sebesar Rp6,68 triliun.
“Untuk reksa dana pendapatan tetap, sehubungan dengan harga obligasi pemerintah yang turun,” ungkap Rudiyanto kepada Bisnis, Rabu (6/4/2022).
Baca Juga
Pertumbuhan NAB Panin AM pun juga tampak sejalan dengan data NAB secara industri. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang dikutip pada Rabu (6/4/2022), mencatatkan peningkatan total NAB secara perbulan (month on month/ mom).
OJK mencatatkan total NAB pada Maret 2022 sebesar Rp559,11 triliun yang naik 0,69 persen dibandingkan dengan total NAB pada Februari 2022 sejumlah Rp555,24 triliun.
Dengan tumbuhnya kinerja produk reksa dana tersebut, Rudiyanto pun berharap kinerja reksa dana saham dan campuran kedepannya akan tetap tumbuh sejalan dengan kenaikan IHSG.
“Diharapkan bisa sejalan dengan kenaikan IHSG untuk reksa dana saham dan campuran sehingga terus membukukan kenaikan meskipun volatilitasnya tetap tinggi untuk jenis saham,” ungkap Rudiyanto.
Sementara itu, untuk produk reksa dana pendapatan tetap maupun terproteksi dia memperkirakan masih akan terdampak sentimen negatif karena ada antisipasi kenaikan inflasi yang membuat minat terhadap obligasi menurun.