Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) akan fokus mempercepat pertumbuhan bisnis pada 2022 setelah membukukan kinerja positif sepanjang 2021. Perusahaan berencana membangun pabrik sawit dengan alokasi biaya konstruksi Rp180 miliar.
Pabrik yang rencananya memiliki kapasitas 45 ton per jam ini akan dibangun di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Konstruksi ditargetkan selesai pada Desember 2022.
Perusahaan akan membangun proses pengolahan minyak kelapa sawit, kantor, gudang dan sarana distribusi dalam satu kawasan. Pendanaan untuk proyek ini berasal dari pendanaan internal dan fasilitas kredit Bank Mandiri.
“Pabrik kelapa sawit ini ini nantinya akan menambah kapasitas pengolahan kelapa sawit CSRA yang sudah ada sejak 2007 dengan kapasitas 60 ton per jam di kabupaten Labuhan Batu, Sumatra Utara,” kata Direktur Keuangan & Pengembangan Strategis CSRA Seman Sendjaja dalam keterangan resmi yang dikutip, Minggu (3/4/2022).
Meski sempat mengalami gangguan operasional akibat pandemi, Seman mengatakan secara keseluruhan kinerja CSRA pada 2021 masih berjalan optimal dan memiliki peluang untuk terus tumbuh.
“Harga CPO menunjukkan kenaikan tertinggi dalam 9 tahun terakhir. Hal tersebut mengakibatkan sektor perkebunan kelapa sawit nasional mendapatkan rating tinggi dibanding sektor lainnya,” katanya.
Baca Juga
Sampai dengan periode Desember 2021, harga kontrak berjangka CPO di Malaysia Derivative Exchange telah mencapai level 6.500 ringgit Malaysia per ton, sedangkan harga CPO FOB Indonesia telah naik di atas level Rp15.500 per kilogram pada akhir Desember 2021.
Harga CPO yang relatif lebih tinggi sepanjang 2021 telah mengantarkan CSRA pada kinerja yang positif. Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp895,87 miliar sepanjang 2021, meningkat 47,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Laba kotor dari CSRA sepanjang 2021 tercatat meningkat 90,9 persen menjadi Rp507,73 miliar, sementara pada 2020 sebesar Rp 265,93 miliar. Margin kotor CSRA juga naik menjadi 56,6 persen, dari 43,8 persen pada 2020. Hal ini tak lepas dari peningkatan beban pokok penjualan yang ditekan di angka 13,9 persen YoY, lebih rendah dari kenaikan pendapatan.
Operasional yang dikelola secara efektif membuat laba usaha pada 2021 meningkat menjadi Rp388,55 miliar atau 163,0 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp147,72 miliar. Efisiensi juga mengantarkan CSRA pada laba bersih yang naik 314,1 persen, dari Rp62,85 miliar pada 2020 menjadi Rp260,26 miliar pada 2021.
Sementara itu, total aset CSRA per 31 Desember 2021 berjumlah Rp1,75 triliun atau, lebih tinggi dari akhir 2020 sebesar Rp1,39 triliun. Sementara itu, total liabilitas berada di angka Rp971,94 miliar, meningkat dibandingkan akhir 2020 Rp826,29 miliar.
Posisi ekuitas berada di Rp781,29 miliar per 31 Desember 2021, meningkat dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2020 sebesar Rp572,28 miliar. Adapun posisi kas dan setara kas pada akhir tahun mencapai Rp365,50 miliar, meningkat drastis dari posisi akhir 2020 sebesar Rp41,85 miliar.
“Dengan memiliki posisi dana kas yang cukup besar, kami mengambil langkah cepat dalam mengamankan neraca serta secara bijaksana mengelola likuiditas di tengah kondisi yang penuh tantangan saat ini. Kami terus mengedepankan prioritas, termasuk memperkuat posisi keuangan dengan terus mengurangi hutang dan meningkatkan pengelolaan arus kas. Kami terus berkomitmen untuk mencapai target kami dari waktu ke waktu” kata Seman.