Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gak Cuma Investasi, Ini Strategi Bisnis Saratoga (SRTG) Milik Sandiaga Uno

Strategi bisnis yang ditempuh Saratoga (SRTG) antara lain melihat peluang di industri yang akan berkembang ke depannya.
Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Edwin Soeryadjaya (kedua kanan) dan putranya Presiden Direktur Saratoga Michael W. P Soeryadjaya (kiri)./Bisnis - Nurul Hidayatrn
Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Edwin Soeryadjaya (kedua kanan) dan putranya Presiden Direktur Saratoga Michael W. P Soeryadjaya (kiri)./Bisnis - Nurul Hidayatrn

Bisnis.com, JAKARTA – Selain berinvestasi, emiten terafiliasi Sandiaga Uno PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) memiliki stratgegi bisnis yang mencakup pembangunan ekosistem bisnis berkelanjutan.

Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan menjelaskan, perseroan membeli dan membesarkan perusahaan hingga pada waktu yang tepat dapat dimonetisasi untuk mendapatkan return bagi pemegang saham.

Strategi bisnis yang ditempuh antara lain melihat peluang di industri yang akan berkembang ke depannya.

“Kami melihat transformasi ke era digitalisasi, baik dari perusahaan tradisional maupun startup semakin cepat meningkat. Perubahan yang terjadi itu sifatnya tidak sementara, tetapi permanen,” ujar Devin dalam wawancara virtual dengan Mirae Asset Sekuritas, (29/3/2022).

Saratoga melihat adanya potensi di industri energi terbarukan seperti tenaga surya, kesehatan khususnya rumah sakit, dan cold chain logistics.

Di bidang energi terbarukan, Saratoga mengamati geliat potensi bisnis tenaga surya  yang cukup signifikan. Hal ini mendorong entitas Saratoga, PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) untuk menandatangani kontrak dengan produsen baterai kenamaan, Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) untuk memproduksi sarana penunjang electric vehicle.

Selain itu, Saratoga juga berinvestasi pada perusahaan private yang bergerak di sektor kesehatan seperti RS Primaya (ex-Awal Bros Hospital) yang kini telah memiliki 14 cabang rumah sakit.

“Industri teknologi, kami melihat walau didirikan oleh anak-anak muda, tapi perusahaannya bisa mendisrupsi perusahaan yang sudah berdiri sejak lama. Kami juga mencari peluang di sektor teknologi,” imbuh Devin.

Tidak seperti perusahaan investasi lainnya yang memiliki fund life hingga 10 tahun dan target monetisasi 3-5 tahun, Saratoga tidak memiliki target berdasarkan waktu atau jumlah return, tetapi berdasarkan nilai tambah yang masih dapat ditingkatkan oleh manajemen.

Perseroan memperoleh pendanaan antara lain melalui dividen dari anak perusahaan tahun lalu yang mencapai Rp1,6 triliun, portofolio perusahaan dan sumber dana dari institusi finansial.

Perusahaan yang akan melakukan aksi beli saham atau buyback hingga Rp150 miliar pada bulan April mendatang ini tercatat membesarkan perusahaan seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).

Prinsipnya, Saratoga tidak hanya mengandalkan uang atau modal, tetapi juga keahlian dari 40 orang tenaga ahli perseroan dengan spesialisasi berbeda, baik di bidang teknologi, legal, finansial, dan sebagainya untuk mengembangkan bisnis anak perusahaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper