Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Siap Agresif Naikkan Suku Bunga, Dolar AS Langsung Menguat

Dolar AS menguat setelah Jerome Powell mengatakan bank sentral harus bergerak cepat untuk mengendalikan inflasi yang terlalu tinggi. Bahkan, the Fed tidak akan ragu menggunakan kenaikan suku bunga yang lebih besar dari biasanya untuk mengatasi inflasi.
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (22/3/2022), setelah komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang membuka pintu bagi bank sentral untuk mengambil jalur kebijakan moneter yang lebih agresif.

Indeks dolar naik 0,123 persen, dengan euro turun 0,24 persen menjadi US$1,1022.

Dolar AS telah berfluktuasi dan sedikit melemah setelah komentar dari Presiden Federal Reserve Bank Atlanta Raphael Bostic. Pembuat kebijakan tersebut mengatakan dia memperkirakan enam kenaikan suku bunga tahun ini dan dua untuk 2023. Ini merupakan sikap yang lebih dovish daripada sebagian besar rekannya karena dia khawatir tentang efek konflik antara Rusia dan Ukraina pada ekonomi AS.

Tetapi dolar AS menguat setelah Powell mengatakan bank sentral harus bergerak cepat untuk mengendalikan inflasi yang terlalu tinggi. Bahkan, Powell mengungkapkan the Fed tidak akan ragu menggunakan kenaikan suku bunga yang lebih besar dari biasanya untuk mengatasi lonjakan inflasi tersebut.

The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin minggu lalu untuk pertama kalinya sejak 2018 dalam upaya untuk memerangi kenaikan harga-harga sambil mencoba menghindari kesalahan kebijakan yang dapat mengirim ekonomi AS ke dalam zona resesi. Investor sekarang fokus pada potensi kecepatan dan ukuran kenaikan suku bunga the Fed ke depannya.

"Dia terus mengatakan hal yang sama berulang-ulang, bahwa kita harus menurunkan inflasi dan apa pun yang diperlukan itulah yang akan kita lakukan. Sayangnya, pasar bergantung pada norma-norma lama, bahwa mereka hanya akan melakukan seperempat [dari persentase poin] setiap saat," kata Sameer Samana, Ahli Strategi Pasar Global di Wells Fargo Investment Institute, St. Louis.

Untuk itu, dia melihat the Fed memiliki peluang menaikkan suku bunganya lebih dari 25 basis poin dalam pertemuan selanjutnya.

"The Fed mungkin harus melakukan sesuatu lebih dari 25 basis poin, dan the Fed mungkin harus melakukan kenaikan suku bunga dan pengetatan kuantitatif pada saat yang sama."

Pasar telah bergejolak selama sebulan terakhir karena tensi ketegangan di Ukraina telah meningkat. Kondisi ini meningkatkan harga-harga komoditas seperti minyak dan memberikan tekanan ke atas pada inflasi yang sudah tinggi.

Ukraina menentang permintaan Rusia agar pasukannya meletakkan senjata di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung sebelum fajar pada Senin (21/3/2022).

Sementara banyak bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga, bank sentral Jepang (BoJ) pada Jumat (18/3/2022) memilih mempertahankan program stimulus besar-besaran dan mempertahankan suku bunga stabil. Bank of Japan juga memperingatkan peningkatan risiko dari krisis Ukraina hingga pemulihan ekonomi yang sulit.

Kesenjangan itu telah melemahkan yen, dengan perdagangan mata uang Jepang mendekati posisi terendah enam tahun versus dolar meskipun statusnya sebagai safe-haven.

Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan pada Senin (21/3/2022) bahwa Fed dan ECB juga akan bergerak tidak sinkron, karena perang di Ukraina memiliki dampak yang sangat berbeda pada ekonomi masing-masing wilayah.

Yen Jepang melemah 0,17 persen versus greenback di US$119,38, setelah menyentuh 119,46 yen, level terendah sejak Februari 2016. Sterling terakhir diperdagangkan pada US$1,3168, turun 0,06 persen hari ini.

Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir turun 1,84 persen menjadi US$40.973,32, sementara ethereum terakhir turun 1,33 persen menjadi US$2.908,60.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper