Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sedikit menguat pada akhir perdagangan Selasa (22/3/2022) pagi waktu Jakarta, karena pertempuran di Ukraina mendorong permintaan terhadap logam mulia tersebut.
Penguatan harga terjadi di tengah-tengah sikap investor yang terus mengawasi pembicaraan damai Moskow-Kyiv.
Sayangnya, kenaikan harga emas dibatasi menjelang pernyataan Gubernur Federal Reserve Powell pada pertemuan ekonomi kemarin.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, naik US$0,2 atau 0,01 persen dan ditutup pada US$1.929,50 per ounce.
Emas berjangka jatuh US$13,9 atau 0,72 persen menjadi US$1.929,30 pada Jumat (18/3/2022).
Emas berjangka sebelumnya melonjak US$34 atau 1,78 persen menjadi US$1.943,20 pada Kamis (17/3/2022), setelah tergelincir US$20,5 atau 1,06 persen menjadi US$1.909,20 pada Rabu (16/3/2022), dan anjlok US$31,1 atau 1,59 persen menjadi US$1.929,70 pada Selasa (15/3/2022).
Baca Juga
"Eskalasi lain di sekitar Ukraina akan mendorong aliran safe-haven yang signifikan ke emas, bahkan lindung nilai inflasi bergerak jika kita melihat sanksi yang memicu lonjakan komoditas lain," kata Craig Erlam, Analis Pasar Senior OANDA.
Rusia dan Ukraina hampir mencapai kesepakatan tentang isu-isu "kritis". Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Turki pada Minggu (20/3/2022).
Namun, Erlam melihat permintaan untuk aset-aset berisiko tertekan dan harga minyak naik karena pertempuran tetap berlanjut.
Sementara desas-desus potensi kompromi selama akhir pekan membawa harga emas turun dari level tertingginya, Kepala Investasi di Cabot Wealth Management Rob Lutts melihat emas masih memiliki kesempatan mencapai level US$1.900 per ounce.
Pekan lalu, emas turun lebih dari 3,0 persen di tengah harapan untuk kemajuan dalam pembicaraan dan kenaikan suku bunga AS.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan di National Association for Business Economics pada Senin (21/3/2022) bahwa inflasi AS terlalu tinggi.
Kondisi ini memungkinkan Fed menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada 2022.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Senin (21/3/2022) bahwa dia terbuka untuk pengetatan kebijakan yang lebih agresif, sambil memperkirakan enam kenaikan suku bunga untuk tahun 2022.
Pasar menyiratkan peluang 50-50 untuk kenaikan setengah poin pada Mei dan peluang yang lebih besar lagi pada Juni.