Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Jatuh Merespons Sikap Hawkish The Fed

Indeks utama Wall Street memperpanjang penurunan setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan The Fed akan menyesuaikan kebijakan sesuai kebutuhan untuk menurunkan inflasi.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat parkir di zona merah pada akhir perdagangan Senin (21/3/2022) waktu setempat, sementara harga-harga energi kembali melejit.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (22/3/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,58 persen atau 201,94 poin ke 34.552,99, S&P 500 tergelincir 0,04 persen atau 1,94 poin ke 4.461,18, dan Nasdaq jatuh 0,40 persen atau 55,38 poin ke 13.838,46.

Indeks utama memperpanjang penurunan setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan The Fed akan menyesuaikan kebijakan sesuai kebutuhan untuk menurunkan inflasi, termasuk dengan mempercepat kenaikan suku bunga jika diperlukan. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik mendekati 2,3 persen.

Energi dan harga komoditas melonjak di tengah perkembangan terakhir perang Rusia di Ukraina. Kemarin, Ukraina menolak untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol yang diserang pasukan Rusia, sementara jumlah korban sipil di seluruh Ukraina meningkat.

Harga minyak mentah WTI AS melonjak lebih dari 6 persen pada sesi tertinggi menjadi US$112 per barel, dan minyak mentah Brent, naik menjadi lebih dari US$116 per barel. Harga aluminium, paladium dan gandum masing-masing juga melonjak pada Senin.

Pada awal minggu yang relatif tenang untuk hasil pendapatan perusahaan dan data ekonomi baru, para investor terus mempertimbangkan implikasi pasar dari keputusan kebijakan moneter terbaru Federal Reserve terhadap inflasi yang terus meningkat dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Langkah Federal Reserve pekan lalu untuk menaikkan suku bunga seperempat poin dan menandakan enam kenaikan suku bunga lagi hingga akhir tahun ini disambut dengan setidaknya reli sesaat oleh pasar saham AS. Para investor lega menerima kejelasan tentang jalur moneter bank sentral ke depan. setelah berminggu-minggu spekulasi.

The Fed juga mengisyaratkan kemungkinan dimulainya diskusi dan kemudian penerapan pengetatan kuantitatif, atau menggulirkan aset dari neraca hampir US$9 triliun.

"Pesan utama yang datang dari pertemuan Federal Reserve dan Bank of England minggu lalu, dan Bank Sentral Eropa minggu sebelumnya, adalah bahwa perang di Ukraina tidak menghalangi para bankir sentral dari rencana mereka untuk memperketat kebijakan. Faktanya, baik The Fed maupun ECB memberikan kejutan hawkish,” kata Neil Shearing, Kepala Ekonom Capital Economics.

Menurutnya, perang telah menambah tekanan pada pendapatan riil di negara maju dan menyebabkan pengetatan substansial kondisi keuangan di Eropa. Tapi, untuk saat ini, bank sentral tetap fokus untuk menurunkan inflasi dan menahan efek putaran kedua pada upah dan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper