Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara masih di level tinggi kendati mulai mengalami penurunan. Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mengharapkan dapat untung besar agar bisa dengan mudah melunasi utang-utang.
Pada perdagangan Selasa (22/3/2022) harga batu bara global di pasar Newcastle untuk kontrak Maret 2022 turun 6,60 persen masih di level US$329 per ton. Sementara itu, untuk kontrak April dan Mei 2022 masing-masing sudah turun ke US$224 dan US$212 per ton.
Corporate Secretary sekaligus Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan, BUMI mengharapkan adanya perputaran keuntungan dan meningkatkan laba secara signifikan pada 2022 karena harga diperkirakan akan tetap tinggi untuk tahun ini.
Dileep menyebutkan peningkatan harga batu bara lantaran tidak ada kapasitas batu bara baru yang muncul karena keengganan institusi untuk mendana. Selain itu, pasokan saat ini jauh dari permintaan. Di sisi lain ada hambatan produksi karena adanya fenomena La Nina yang menyebabkan hujan deras terus menerus sejak 21 Desember berdampak buruk pada produksi di Indonesia.
“Energi terbarukan tidak dapat menutupi kekurangan pasokan batu bara ketika permintaan listrik secara global meningkat, sementara fokus sektor lokal untuk memenuhi DMO dan pasokan ke PLN terlebih dahulu sebelum mengekspor,” jelasnya, dikutip Selasa (22/3/2022).
Dileep menyebutkan, pada 2022 target produksi akan tetap dalam rentang 85 juta-90 juta ton, dengan harga realisasi yang jauh lebih tinggi daripada 2021. BUMI juga mencoba memproduksi lebih banyak batu bara kualitas tinggi seperti di Arutmin untuk lebih meningkatkan realisasi.
Baca Juga
“Kami berharap dapat meningkatkan likuiditas kami dan mempercepat pembayaran utang, membayar Tranche A sepenuhnya tahun ini, memulai Tranche B, dan mengambil langkah untuk merestrukturisasi utang kami yang tersisa dengan biaya bunga yang lebih rendah dan meningkatkan likuiditas dan laba lebih lanjut,” ungkapnya.
Namun, BUMI masih mengkhawatirkan dampak dari La Nina yang masih berlanjut lantaran bisa mempengaruhi produksi anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC) saat ini.