Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan batas atas harga CPO untuk pengenaan tarif pungutan ekspor diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada kinerja emiten sawit. Meski terdapat pengaruh pada harga CPO, para emiten tetap bisa menikmati pertumbuhan pendapat.
Sebagaimana diketahui, pemerintah memutuskan untuk menaikkan batas atas (ceiling price) pengenaan pungutan ekspor maksimal dari US$1.000 per ton CPO menjadi US$1.500 per ton melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 23/PMK.05/2022.
Dengan perubahan batas atas ini, tarif maksimum pungutan ekspor yang mulanya flat US$175 per ton ketika harga CPO di atas US$1.000 per ton, akan bertambah secara progresif sampai menyentuh batas harga terbaru US$1.500 per ton. Adapun besaran pungutan ekspor maksimum kini mencapai US$375 per ton, bertambah US$200.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny mengatakan kebijakan kenaikan pungutan ekspor yang diikuti dengan pencabutan domestic price obligation (DPO) Rp9.300 per kilogram CPO berpengaruh pada harga lelang KPB. Danareksa mengkalkulasi harga CPO KPB turun 3,6 persen dari Rp16.161 per kg menjadi Rp15.600 per kg.
Saat ini, pungutan ekspor mencapai US$335 per ton karena mengacu pada harga referensi Maret 2022 sebesar US$1.432 per ton. Jika ditambah dengan bea keluar maksimal US$200 per ton, total biaya yang disiapkan eksportir sawit mencapai US$535 untuk setiap ton CPO yang diekspor.
“Meski ada dampak ke harga CPO KPB, tetapi kebijakan ini memastikan dana BPDPKS cukup untuk B30 dan subsidi minyak goreng curah yang bisa menelan biaya sampai Rp10 triliun tahun ini. Jadi dengan efek yang relatif minor banyak masalah yang terselesaikan,” kata Andreas, Sabtu (19/3/2022).
Baca Juga
Andreas memperkirakan kinerja emiten-emiten perkebunan sawit tetap positif, mengingat harga KPB masih konsisten di atas Rp15 juta per ton CPO. Dia mengatakan kebijakan ini lebih menguntungkan daripada DMO dan DPO.
“Jadi di level tersebut semua pemain growth-nya akan signifikan. Kalau dibandingkan dengan adanya DMO malah diuntungkan karena di volume ekspornya tidak banyak terhambat DMO dengan volume yang terlalu besar,” lanjutnya.
BRI Danareksa Sekuritas masih menyematkan rekomendasi buy untuk sejumlah emiten perkebunan pilihannya yakni AALI dengan target harga Rp19.000, DSNG Rp900, SSMS Rp1.900, dan LSIP dengan target harga Rp2.000.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.