Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan sawit PT Mahkota Group Tbk. (MGRO) mengantisipasi dampak kenaikan pungutan ekspor produk sawit setelah pemerintah menerbitkan PMK No. 23/PMK.05/2022. Volume ekspor perusahaan diperkirakan akan terimbas.
“Dengan berlakunya PMK tersebut sudah pasti akan mempengaruhi volume ekspor perusahaan. Nilai ekonomis antara harga ekspor dengan harga lokal tentunya akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan yang berbasis pada profit,” kata Sekretaris Perusahaan MGRO Elvi ketika dihubungi Bisnis, Sabtu (19/3/2022).
Meski demikian, Elvi mengatakan MGRO tetap mendukung kebijakan pemerintah, terutama kebijakan yang bisa berdampak pada kemajuan industri kelapa sawit di Indonesia.
Dari sisi volume produksi, MGRO mencatat peningkatan yang cukup besar sampai September 2021, dari 318.467 ton menjadi 401.134 ton. Dari jumlah tersebut, 32 persen di antaranya dijual ke pasar ekspor. Mahkota Group menargetkan volume produksi pada 2021 mencapai 522.000 ton dan realisasi Januari-September 2021 telah mencapai 90,6 persen.
"Perusahaan tetap akan mendukung kebijakan-kebijakan dari pemerintah dalam hal untuk membantu kemajuan dalam industri kelapa sawit baik di Indonesia maupun global,” tambah Elvi.
Kenaikan besaran pungutan ekspor sejatinya telah dirasakan perusahaan sepanjang 2021, seiring dengan tingginya harga CPO dunia. Situasi tersebut terlihat pada membengkaknya beban penjualan perusahaan yang mencapai 1.409 persen, dari Rp27,23 miliar pada Januari-September 2020 menjadi Rp411,11 miliar pada periode yang sama di 2021. Dari total beban penjualan tersebut, beban pungutan ekspor mencapai Rp370,99 miliar atau setara 90,23 persen.
Baca Juga
Sampai kuartal III/2021, total laba bersih yang dapat diatribusikan per akhir September 2021 mencapai Rp57,2 miliar. Realisasi itu berbanding terbalik jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 ketika MGRO memperoleh rugi bersih sebesar Rp34,5 miliar.