Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melonjak pada akhir perdagangan Kamis (17/3/2022) setelah melemah dalam empat hari perdagangan berturut-turut, ditopang pelemahan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah.
Dilansir Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange melonjak 34 poin atau 1,78 persen ke level US$1.943,20 per troy ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (16/3/2022), emas berjangka tergelincir 20,5 poin atau 1,06 persen ke US$1.909,20.
Sementara itu, harga emas di pasar spot berada di level US$1.940 per troy ounce pada pukul 05.43 WIB, Jumat (18/3/2022).
Investor saat ini juga berhati-hati mengamati perkembangan pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina.
Kepala penjualan dan pemasaran Heraeus Metals management Miguel Perez-Santalla mengatakan dengan melemahnya dollar dan situasi Ukraina masih menjadi latar belakang, pelaku pasar mulai menumpuk emas kembali.
Tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina, yang disebut Rusia "operasi militer khusus", telah membantu lonjakan saham-saham global pekan ini, tetapi Kremlin mengatakan belum ada kesepakatan yang dicapai.
Baca Juga
Dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS turun sehari setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dan merencanakan kenaikan suku bunga acuan di enam pertemuan yang tersisa pada tahun 2022.
Meskipun kenaikan suku bunga AS biasanya cenderung menekan emas karena meningkatkan peluang kerugian memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil, investor emas tampaknya mencerna kenaikan suku bunga AS dengan tenang, mengingat bahwa sebagian besar ditujukan untuk mengatasi lonjakan inflasi.
"Jika Anda harus melihat satu hal untuk mendorong Anda bahwa kenaikan ini telah berhasil, Anda akan melihat aliran ETF (exchange-traded fund), dan itu benar-benar positif," kata analis independen Ross Norman.
Kepemilikan ETF emas terbesar di dunia, SPDR Gold Trust, telah naik ke level tertinggi sejak Maret 2021 di 1.070,53 ton.
Inflasi tinggi di Uni Eropa dan AS juga terus mendukung permintaan safe haven untuk emas karena investor menilai kenaikan suku bunga Federal Reserve pertama sejak 2018 tidak memiliki hambatan bagi emas dalam waktu dekat.