Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Mendekati Level 7.000, Simak Katalis Penopang Pasar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin mendekati level 7.000 setelah ditutup pada level 6.992.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (14/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (14/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin mendekati level 7.000 setelah ditutup pada level 6.992.

IHSG mencapai rekor penutupan tertinggi baru pada Rabu (16/3/2022) seiring dengan masuknya investor asing hingga Rp2,09 triliun. Indeks komposit naik 74,21 poin atau terapresiasi 1,07 persen ke level 6.992,39, level penutupan tertinggi sepanjang sejarah.

Hari ini pergerakan pasar sempat menyentuh level terendah 6.946,84 dan lanjut menguat di posisi tertinggi. Rekor IHSG diwarnai dengan aksi investor asing yang mencatatkan net foreign buy sebesar Rp2,09 triliun di seluruh pasar, mengutip data RTI.

Total transaksi saham hari ini mencapai Rp15,27 triliun dan kapitalisasi pasar tembus Rp8.802 triliun.

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan gerak positif IHSG sejalan dengan tren pada mayoritas indeks saham di kawasan Asia. Indeks utama di Asia seperti Hang Seng tercatat menguat 9,08 persen pada penutupan perdagangan hari ini. Sementara itu, indeks Shanghai terapresiasi 3,48 persen dan Nikkei naik 1,64 persen.

“Tren positif ini juga sebelumnya diperlihatkan di bursa Amerika Serikat, dengan Dow Jones yang kemarin naik 1,82 persen dan Nasdaq hampir 3 persen. Ini mengakibatkan IHSG ikut terseret ke zona hijau,” kata Bernadus, Rabu (16/3/2022).

Bernadus menyebutkan tren ini tidak lepas dari optimisme pasar menjelang pengumuman tingkat suku bunga The Fed. Kenaikan diperkirakan akan sesuai dengan ekspektasi pasar atau sesuai konsensus sebesar 25 basis poin, dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen.

“Jika kenaikan tingkat suku bunga sesuai dengan perkiraan pasar, maka akan menjadi kabar baik bagi pasar. Namun kalau ternyata di atasnya, akan menjadi pertanyaan apakah indeks kita akan lanjut reli atau tidak,” tambahnya.

Meski demikian, dia menilai pasar modal Indonesia masih menarik bagi investor asing, seiring berkurangnya ketegangan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina setelah Ukraina menyatakan tidak akan bergabung dalam aliansi NATO.

Bernadus mengatakan berkurangnya ketegangan akan mengembalikan kepercayaan diri investor untuk kembali ke pasar modal. Di sisi lain, potensi pandemi Covid-19 menjadi endemi makin memperkuat keyakinan pemulihan ekonomi global akan lebih cepat.

“Kekhawatiran pasar akan risiko perang berkurang, sehingga aset yang sebelumnya ditaruh di safe haven seperti obligasi, emas, deposito juga berkurang, investor berani ke pasar. Di samping itu kenaikan suku bunga berpotensi tidak akan besar. Dua hal ini menyebabkan pembelian dalam perdagangan hari ini marak,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper