Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas emas dan minyak melonjak lantaran konflik antara Ukraina dan Rusia yang tak kunjung mereda.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (28/2/2022) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 4,68 poin atau 5,11 persen ke US$96,27 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent masih bertahan di atas US$100, naik 3,93 poin atau 4,01 persen ke US$101,86 per barel.
Selain itu, harga emas menembus US$1.900 dengan emas Comex naik 24,70 poin atau 1,31 persen ke US$1.912 per troy ons, dan harga emas spot naik 21,32 poin atau 1,13 persen ke US$1.910 per troy ons.
Adapun, indeks dolar AS melambung 0,75 persen ke level 97,33 yang pada umumnya bergerak berbanding terbalik dengan harga emas.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan harga minyak dan emas sesuai dengan prediksi dan terjadi gap up, dari harga emas di US$1.882 dan Minyak WTI dari US$90. Selain itu, indeks dolar AS juga terbang dari 96,50 menjadi 97,50
“Ini karena perang kemungkinan bisa lama, dan tidak sesuai prediksi dari Putin karena prediksi 5 hari Kiev bisa dikuasai,” ujarnya, Senin (28/2/2022).
Baca Juga
Ibrahim memperkirakan, harga emas bisa bergerak dengan support di US$1.880 dan resistance mencapai US$2.150. Sementara itu, harga minyak WTI bisa bergerak dengan support di level US$85 dan resistance mencapai level US$115.
Di sisi lain, Vladimir Putin memerintahkan militernya untuk menempatkan pasukan pertahanan nuklir Rusia dalam siaga tinggi sebagai sinyal terbaru bahwa dia siap untuk menggunakan tingkat paling ekstrim untuk mencapai kemenangan di Ukraina secepatnya.
Menanggapi hal itu, AS menuduh Putin melakukan eskalasi yang "benar-benar tidak dapat diterima" dan menjelaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung Ukraina dan akan menjatuhkan tindakan hukuman terhadap Rusia. Uni Eropa pun juga mengumumkan langkah-langkah baru yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow.
Serangan Putin di Ukraina telah gagal menghasilkan kemenangan cepat yang diperkirakannya, tetapi malah mengumpulkan tanggapan negara Barat bersama yang berpotensi menghancurkan ekonomi Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy mengumumkan bahwa delegasi dari Kyiv akan bertemu dengan pejabat Rusia tanpa prasyarat di perbatasan negaranya dengan Belarusia. Akan tetapi tidak jelas bahwa Putin siap untuk mengadakan pembicaraan yang tidak melibatkan pemenuhan tuntutannya atas Ukraina.
"Saya tidak terlalu percaya dengan hasil pertemuan ini, tetapi biarkan mereka mencoba, sehingga nantinya tidak ada satu pun warga Ukraina yang ragu bahwa saya, sebagai presiden, mencoba menghentikan perang," kata Zelenskiy seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (28/2).