Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Langkah Minyak Menuju US$100 per Barel Tertahan Sanksi Barat untuk Rusia

Selangkah lagi, minyak mendekati US$100 per Barel Namun, minyak harus memangkas kenaikannya dan menetap di dekat tertinggi 2014 menyusul upaya Barat untuk menghentikan apa yang mereka khawatirkan sebagai awal dari invasi skala penuh Rusia.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Minyak semakin mendekati US$100 dolar AS per barel pada akhir perdagangan Rabu (23/2/2022) waktu Asia, setelah Moskow memerintahkan pasukannya masuk ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur.

Namun, minyak harus memangkas kenaikannya dan menetap di dekat tertinggi 2014 menyusul upaya Barat untuk menghentikan apa yang mereka khawatirkan sebagai awal dari invasi skala penuh Rusia.

Patokan global minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April diperdagangkan hingga mencapai setinggi US$99,50 per barel, tertinggi sejak September 2014, sebelum turun dan menetap di US$96,84 dengan kenaikan US$1,52 atau 1,5 persen.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret juga mencapai tertinggi tujuh tahun di US$96 per barel, sebelum ditutup pada US$92,35 dengan kenaikan US$1,28 atau 1,4 persen dari posisi Jumat (18/2/2022). Pasar AS ditutup pada Senin (21/2/2022) untuk hari libur umum.

Dikutip dari Antara, Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengumumkan sanksi yang menargetkan bank-bank Rusia. Sementara itu, Uni Eropa memasukkan lebih banyak politisi ke daftar hitam dan Jerman mengerem proyek pipa gas Nord Stream 2 senilai US$11 miliar.

"Pasar jelas memompa premi risiko yang berlebihan ketika Rusia memasuki bagian separatis Ukraina dan premi ketakutan ini secara bertahap luruh," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Presiden AS Joe Biden mengumumkan gelombang pertama sanksi terhadap Rusia, menargetkan bank-bank Rusia dan utang negara, dan berjanji akan memberikan hukuman yang lebih berat ke depan jika Rusia melanjutkan agresinya. Sanksi itu tidak termasuk pasokan energi.

Krisis Ukraina telah menambah dukungan lebih lanjut ke pasar minyak yang melonjak karena pasokan yang terbatas ketika permintaan pulih dari pandemi Covid-19.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, telah menolak seruan untuk meningkatkan pasokan minyak lebih cepat.

Menteri Negara Minyak Nigeria, pada Selasa (22/2/2022), berpegang pada pandangan OPEC+ bahwa lebih banyak pasokan tidak diperlukan, mengutip prospek lebih banyak produksi dari Iran jika kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan dunia dihidupkan kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper