Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melesat hingga mencapai level tertinggi dalam hampir sembilan bulan pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (23/2/2022) pagi waktu Asia.
Emas kembali bertengger di atas level psikologi US$1.900 dolar AS, karena meningkatnya ketegangan Rusia dan Barat atas Ukraina mendorong permintaan safe haven untuk logam mulia.
Dikutip dari Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak US$7,6 atau 0,4 persen, menjadi ditutup pada US$1.907,40 per ounce. Ini merupakan penutupan tertinggi untuk kontrak emas teraktif sejak 2 Juni 2021.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (21/2/2022) menandatangani dekrit yang mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memproklamirkan diri di Donbass Ukraina timur sebagai "Republik Rakyat Lugansk (LPR)" dan "Republik Rakyat Donetsk (DPR)."
"Tidak mengherankan melihat emas didukung dengan baik di lingkungan ini mengingat peranan safe-haven tradisionalnya," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Baca Juga
Namun, tekanan inflasi telah menjadi pendorong utama kinerja emas selama beberapa minggu terakhir dalam tren gerakan menyamping hingga tren yang lebih tinggi dan kenaikan suku bunga mungkin tidak menutupi tren ini, kata Meger.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko politik. Tetapi kenaikan suku bunga, terutama oleh Federal Reserve, cenderung meredupkan daya tarik emas, yang tidak membayar bunga.
Analis mengaitkan sedikit kemunduran emas dengan beberapa aksi ambil untung. Analis Saxo Bank, Ole Hansen mengatakan ini "karena jelas pada titik ini ada peningkatan risiko premium yang dimasukkan ke dalam harga emas".
Harga emas menemukan dukungan tambahan setelah Conference Board pada Selasa (22/2/2022) melaporkan bahwa indeks kepercayaan konsumen turun ke 110,5 pada Februari dari 111,1 pada Januari.