Bisnis.com, JAKARTA - Harga aluminium melesat naik menuju level tertinggi dalam 13 tahun yang dicapai awal bulan ini setelah para pedagang menilai risiko ketegangan geopolitik di Ukraina dan tekanan terus-menerus dari melonjaknya harga energi global.
Diplomasi tingkat tinggi berlanjut dalam upaya untuk meredakan situasi di sekitar Ukraina setelah pejabat barat menyuarakan keberatan tentang pengumuman Rusia bahwa beberapa pasukannya ditarik. Adapun, Kremlin secara konsisten membantah merencanakan serangan.
Aluminium telah memimpin kenaikan logam dasar tahun ini dengan kenaikan 16 persen, karena kenaikan biaya bahan bakar dan pembatasan lingkungan membatasi pasokan di Eropa dan China. Stok yang dipegang oleh London Metal Exchange menyusut lagi pada hari Rabu (17/2/2022), di samping sebagian besar logam lainnya.
Di China, produsen dan konsumen aluminium terbesar, harga didukung oleh pasokan yang ketat karena penguncian dan kendala yang didorong oleh pandemi selama Olimpiade Musim Dingin Beijing, tulis Jinrui Futures Co. dalam sebuah catatan.
Di sisi lain, inflasi China melambat pada Januari, memberi bank sentral lebih banyak ruang untuk meredakan sebelum pertemuan kepemimpinan politik utama akhir tahun ini. Prospek pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut turut mendukung logam.
Aluminium naik 1,5 persen menjadi menetap di US$3.256 per ton pada sore kemarin (16/2/2022) di LME, London, Inggris. Logam ini telah mencapai level harga US$3.333 dalam perdagangan intraday minggu lalu, tertinggi sejak 2008, tahun logam menyentuh rekor tertinggi US$3.380,15. Semua logam LME utama lainnya mengalami kenaikan.
Baca Juga
Persediaan tembaga naik dari level terendah sejak 2005, menandakan beberapa bantuan untuk pasar yang ketat.