Bisnis.com, JAKARTA – Minat perusahaan-perusahaan sektor tambang, minyak dan gas (migas), serta perkebunan untuk menerbitkan obligasi terpantau rendah di tengah tren kenaikan harga komoditas.
Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) per 31 Januari 2022, jumlah mandat emisi yang telah diterima namun belum terealisasi adalah sebesar Rp49,09 triliun. Jumlah tersebut didapat dari 32 perusahaan yang berasal dari beragam sektor.
Berdasarkan sektor, industri pembiayaan memiliki rencana emisi terbesar yakni Rp8,35 triliun dari 3 perusahaan, diikuti industri bubur kertas dan tisu dengan rencana emisi Rp8,24 triliun dari 2 perusahaan.
Sektor pertambangan memiliki rencana emisi Rp6 triliun dari 1 perusahaan, sementara itu, belum ada perusahaan dari sektor perkebunan dan migas yang berencana menerbitkan obligasi.
Adapun, sepanjang tahun 2021 lalu jumlah emisi obligasi dari sektor perkebunan dan pertambangan masing-masing sebesar Rp5,83 triliun dan Rp5,25 triliun.
Terkait hal tersebut, Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo, Niken Indriarsih dalam diskusi daring Pefindo, Kamis (10/2/2022) mengatakan, penerbitan obligasi akan dilakukan sesuai dengan keperluan perusahaan.
Baca Juga
Menurutnya, minimnya emisi dari sektor tambang, migas, dan perkebunan ditopang oleh tren harga komoditas yang tinggi.
Ia menjelaskan, tingginya harga komoditas dan volume produksi yang terjaga akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan perusahaan. Hal tersebut akan turut berimbas positif terhadap arus kas perusahaan.
Arus kas perusahaan yang optimal juga memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajibannya atau menambah dana belanja modal tanpa melakukan emisi obligasi ataupun meminjam dari bank.
“Kecuali jika emitennya butuh dana yang signifikan untuk ekspansi, maka bisa memanfaatkan emisi obligasi. Sejauh ini kami melihat minat dari sektor-sektor tersebut masih ada karena suku bunga saat ini masih rendah,” jelasnya.