Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia tengah meminta klarifikasi kepada menajemen PT HK Metals Utama Tbk. (HKMU) karena telah kehilangan pengendali.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyatakan pihaknya tengah meminta konfirmasi terhadap beberapa perusahaan yang kini kehilangan pengendali. Salah satunya adalah HKMU yang kini kepemilikannya 100 persen dikuasai oleh public.
“Ada beberapa konfirmasi yang sudah kami sampaikan ke beberapa perusahaan kini sedang menunggu tanggapan mereka,” katanya pada Rabu (9/2/2022).
Sebagaimana diketahui perseroan sudah tidak memiliki pemegang saham pengendali (PSP). Artinya, 100 persen sahamnya dimiliki oleh publik atau pemegang saham di bawah 5 persen.
Dalam keterangan HKMU di laman Bursa Efek Indonesia pada Senin (7/2/2022), PT Hyamn Sukses Abadi (HSA) sebagai pengendali sebelumnya mempunyai 3,05 persen saham setara dengan 98,36 juta lembar.
Namun, per 31 Januari 2022, HSA tidak lagi memiliki saham HKMU. Adapun publik tercatat memiliki 100 persen saham atau setara dengan 3,22 miliar lembar. Sementara itu, direksi tidak memiliki saham di perseroan. Hanya Komisaris HKMU Andriani yang memegang 10.000 saham HKMU.
Baca Juga
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai telah terjadi manipulasi pasar berulang kali. Seperti menghilangnya pengendali dalam kepemilikan saham HKMU.
“Iya, investor hanya bisa gigit jari sebagai korban dari manipulasi pasar. Kalau menurut saya, ini bukan kasus pertama tetapi berulang dari tahun ke tahun, emitennya saja yang berubah,” tegasnya kepada Bisnis pada Selasa (8/2/2022).
Budi menambahkan memang dalam proses pencatatan tidak ada larangan pemegang saham pengendali melepas sahamnya. Selain itu, mekanisme perubahan pengendali pun sudah sejalan dengan regulasi.
Namun menurutnya, investor juga perlu sadar ketika membeli saham untuk berinvestasi pun harus meneliti dulu managemen, reputasi pemegang saham pengendali, dan tujuan perusahaan.
“Untuk saham-saham yang disebutkan, kita melihat ada manipulasi pasar yang dilakukan segelintir investor besar dan sayangnya banyak investor terpengaruh dan mau ikut-ikutan sehingga mengalami kerugian,” pungkasnya.