Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas ditutup menguat tipis pada perdagangan Jumat (4/2/2022) di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi, yang membantu meredam tekanan dari penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi Treasury AS menyusul data tenaga AS yang optimis.
Dilansir Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, naik 3,70 poin atau 0,21 persen dan ditutup di US$1.807,80 per troy ounce. Sepanjang pekan ini, harga emas Comex menguat 1,3 persen.
Sementara itu, harga emas di pasar spot berakhir menguat 0,19 persen atau 3,43 poin ke level US$1.808,28 per troy ounce.
Direktur perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger mengatakan ada kenaikan tekanan inflasi terhadap perekonomian, sehingga pasar berekspektasi Federal Resever akan mengambil tindakan untuk meredamnya.
"Namun, ini menciptakan dorongan yang kita lihat di pasar emas yang didukung oleh tekanan inflasi tersebut,” ujar David, dikutip Antara, Sabtu (5/2/2022).
Sementara itu, lonjakan tak terduga dalam pertumbuhan lapangan pekerjaan AS pada Januari memicu kekhawatiran seputar inflasi dan membebani sentimen risiko di kalangan investor.
Baca Juga
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat nonfarm payrolls (NFP) meningkat 467.000 pada Januari setelah direvisi naik 510.000 pada Desember. Sementara itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen dan pendapatan rata-rata per jam melonjak.
Data NFP tersebut berada jauh di atas median ekspektasi dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang memperkirakan kenaikan 125.000.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi kenaikan suku bunga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Sementara itu, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun setelah data pekerjaan AS yang optimis mendukung kasus kenaikan suku bunga oleh Fed. Dolar juga naik dan membuat emas mahal bagi pembeli pemegang mata uang lainnya.
Harga emas telah mundur sejak mencapai level tertinggi 1,5 bulan pada akhir Januari setelah Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada bulan Maret.
Analis pasar senior di broker OANDA, Edward Moya mengatakan secara teknikal, level US$1.800 adalah level resisten utama untuk emas dan jika emas dapat terus bergerak di atasnya, itu akan sangat positif untuk emas
"(Di sisi lain) Jika emas menembus di bawah US$1.780, kondisinya bisa menjadi berbahaya dan harga bisa melihat target penjualan momentum yang signifikan menuju US$1.700," ujarnya.