Bisnis.com, JAKARTA – Rampung sudah drama panjang tarik ulur DMO batu bara. Lewat berbagai pertimbangan, pemerintah akhirnya kembali membuka pintu ekspor batu bara bagi para produsen dalam negeri.
Sejak munculnya penghentian ekspor akibat kelangkaan pasokan di awal Januari, sederet saham sektor batu bara memang mengalami pasang surut. Beberapa di antaranya bahkan masih membukukan tren pelemahan harga.
1. Cuan Besar Crazy Rich Low Tuck Kwong (BYAN) dari Rekor Harga Batu Bara
Lantas, dari melonjaknya harga batu bara, seberapa tinggi harga Low?
Ulasan selengkapnya dapat Anda baca di sini.
2. Geliat META, WIKA, ADHI, & JSMR di Infrastruktur di Proyek Tol
Kendati masih dibayangi PPKM akibat varian Omicron, emiten-emiten sektor infrastruktur seperti META, JSMR, bahkan pengelola jalan tol dari kalangan emiten konstruksi seperti WIKA dan ADHI mulai menyesap rasa pemulihan. Ini lantaran lalu lintas jalan tol di Indonesia yang semakin padat sejak berakhirnya gelombang varian Delta pertengahan tahun lalu.
Kini, menatap tahun yang baru, perusahaan-perusahaan sektor infrastruktur siap mengejar kue pemasukan lebih besar.
Bagaimana strategi emiten-emiten tersebut untuk memenangkan peta persaingan?
Selengkapnya dapat dibaca di sini.
3. Titah Erick Thohir & Bangkitnya Saham WSKT, PTPP, ADHI Serta WIKA
Dua indeks anyar berbasis aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yakni ESG Sector Leaders IDX KEHATI dan ESG Quality 45 IDX KEHATI tancap gas pada awal perdagangan 2022.
Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), kedua indeks itu sama-sama mencetak return atau imbal hasil positif dengan menguat 1,27 persen sama 1,35 persen.
Selama ini, perbankan dikenal sebagai sektor yang memiliki irisan kuat dengan ESG. Namun, di luar lini tersebut, sebenarnya ada pula sejumlah emiten berbasis ESG yang punya prospek menjanjikan.
Apa saja dan seberapa menarik saham emiten-emiten tersebut?
Pembahasannya dapat Anda baca di sini.
4. Ramalan Lonjakan Laba Bersih Japfa (JPFA), Saham Siap Berkokok?
Pada kuartal IV/2021, kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) mengalami tekanan kinerja cukup dalam secara yoy. Namun, performa emiten unggas ini sebenarnya tengah dalam tren pemulihan bila diukur secara kuartalan.
Maka, tidak heran bila emiten ini diprediksi akan membukukan rapor moncer di Tahun Macan Air. Menurut riset sejumlah sekuritas, JPFA berpotensi membukukan lonjakan kinerja keuangan hingga 70 persen pada 2021.
Apa landasan proyeksi tersebut dan bagaimana perseroan bakal berusaha merealisasikannya?
Selengkapnya dapat Anda baca di sini.