Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak tercatat turun pada penutupan perdagangan Jumat (7/1/2022) namun berpotensi bergerak naik akibat adanya kekhawatiran berkurangnya pasokan minyak mentah Libya dan Kazakhstan setelah adanya kerusuhan.
Berdasarkan data Bloomberg hingga Jumat (7/1/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,56 poin atau 0,70 persen ke US$78,90 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent di atas US$80 per barel, naik 0,24 poin atau 0,29 persen ke US$81,75 per barel.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan kerusuhan di Kazakhstan dan pemadaman di Libya memicu kekhawatiran atas pasokan.
“Pasar gelisah karena kerusuhan meningkat di Kazakhstan dan situasi politik di Libya terus memburuk dan mengesampingkan produksi minyak. Namun, Presiden mengatakan ketertiban konstitusional sebagian besar telah dipulihkan, sehari setelah Rusia mengirim pasukan untuk memadamkan pemberontakan,” tulis tim riset, dikutip Minggu (9/1/2022).
Produksi minyak di ladang utama Kazakhstan Tengiz juga tercatat berkurang pada hari Kamis (6/1/2022), operatornya Chevron mengatakan karena beberapa kontraktor menutup jalur kereta api untuk mendukung protes yang terjadi di seluruh negara Asia Tengah.
Sementara itu, penambahan pasokan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutunya, yang disebut OPEC+, tidak mengikuti pertumbuhan permintaan.
Baca Juga
“Harga minyak berpeluang dibeli menguji level resistance US$82,15 selama harga tidak mampu menembus level support US$79,75 per barel. Namun bila mampu bergerak turun dari level support tersebut, harga minyak berpotensi dijual menargetkan level support selanjutnya di US$78,60 per barel.”