Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal asing atau foreign capital inflows diperkirakan terus deras masuk ke pasar saham Indonesia pada 2022. Kenaikan harga komoditas menjadi salah satu faktor penarik investor asing masuk ke pasar saham domestik tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp37,97 triliun di sepanjang 2021. Pada saat bersamaan, indeks harga saham gabungan (IHISG) terapresiasi 10,08 persen menjadi 6.581,48.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memaparkan aliran modal asing bakal terus masuk ke pasar saham Indonesia pada tahun ini. Dia menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara pengekspor komoditas diuntungkan ketika harga-harga komoditas menguat. Pada akhirnya, kenaikan harga komoditas tersebut bakal mengerek pertumbuhan ekonomi dan pendapatan emiten.
“Aliran modal asing yang masuk ke pasar saham Indonesia meningkat ketika harga komoditas menguat seperti pada 2013-2014 dan 2020-2021. Kami perkirakan level harga komoditas yang menguntungkan ini akan berlanjut pada 2022 dan menarik aliran modal masuk asing ke saham Indonesia,” tulis Hariyanto dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Senin (3/12/2021).
Sebagai contoh, Hariyanto melihat harga minyak kelapa sawit (CPO) yang tinggi tak hanya akan menguntungkan perusahaan namun juga langsung kepada masyarakat. Seperti diketahui, kebun kelapa sawit di Indonesia lebih banyak dimiliki oleh masyarakat (smallholder) sehingga keuntungan penjualan akan langsung berdampak pada daya beli masyarakat.
Dengan demikian, kenaikan harga CPO bisa membawa efek berulang ke sektor-sektor lain di dalam IHSG seperti peritel, barang konsumen, hingga otomotif.
Baca Juga
Lebih lanjut, Mirae Asset Sekuritas memberikan tiga skenario untuk target IHSG tahun ini. Untuk target konservatif (bear case), IHSG diperkirakan mencapai 6.100 pada akhir 2022. Selanjutnya target moderat (base case) diperkirakan IHSG mencapai 7.600.
Sedangkan untuk skenario optimistis (bull case), indeks komposit diperkirakan bisa mencapai 8.000 pada 2022. Adapun, untuk skenario bull case ini Mirae Asset Sekuritas memperkirakan pertumbuhan laba emiten di IHSG sebesar 22 persen secara tahunan pada 2022 dan 23 persen secara tahunan pada 2023 dengan target P/E sebesar 16,4 kali.
“Hal ini bisa terjadi apabila commodity supercycle terjadi dan membuat harga komoditas, khususnya CPO dan batu bara, di level menguntungkan selama 2022 yang akan mendorong laba perusahaan tercatat,” tulis Hariyanto.