Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona merah pada akhir 2021. Hal ini sekaligus menjadi yang ketiga kalinya selama tiga tahun berturut-turut. Kendati demikian, analis masih memandangnya sebagai sesuatu yang positif.
Pada penutupan perdagangan tahun ini, (30/12/2021), IHSG kembali ditutup terkoreksi 0,29 persen. Sementara pada penutupan 2020 dan 2019, indeks komposit juga mengalami pelemahan sebesar 0,95 persen serta 0,47 persen.
Meski demikian, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai hal itu tidak menjadi soal. Sebab selama 20 tahun berturut-turut, IHSG selalu menghijau sepanjang Desember.
Adapun pada bulan terakhir ini, IHSG menguat tipis 1,13 persen dari posisi 6.507 menjadi 6.581. “IHSG masih menunjukkan kinerja yang positif pada akhir tahun ini,” ungkapnya kepada Bisnis pada Kamis (30/12/2021).
Wawan menambahkan secara setahun penuh indeks komposit telah menunjukkan hasil yang positif. Pasalnya indeks komposit mampu tumbuh 10,08 persen.
Adapun dua hal yang patut diapresiasi adalah diversifikasi sektor yang menopang IHSG. Wawan mengatakan tahun ini adalah momentum bagi emiten teknologi atau bank digital untuk tumbuh secara eksponensial.
Baca Juga
Hal itu, lanjutnya, ikut memengaruhi pertumbuhan investor yang kini didominasi oleh investor muda. Menurutnya kedua hal itu saling berkaitan serta ikut mendorong pertumbuhan pasar modal.
“Sekarang ini, investor domestik telah mendominasi dibandingkan investor asing. Jadi meskipun pandemi kita bisa menjadi raja di pasar modal kita sendiri,” imbuhnya.
Selain itu, jumlah penggalangan dana IPO juga menembus rekor. Menurutnya hal tersebut dapat terjadi berkat kebijakan-kebijakan pemerintah dan lembaga yang berpihak pada pasar.
Adapun untuk tahun mendatang, dia optimistis IHSG masih akan tumbuh tinggi. Akan tetapi tidak lagi ditopang oleh sektor teknologi maupun bank digital. Melainkan sektor yang lebih ril seperti komoditas dan perbankan.