Bisnis.com, JAKARTA – Bursa komoditas Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) berhasil mencatatkan pertumbuhan transaksi multilateral hingga lebih dari Rp52 Triliun sepanjang 2021.
ICDX mencatat produk yang menjadi penyumbang terbesar adalah emas dengan total volume transaksi mencapai 370.312 Lot settled, atau lebih dari setengah total volume transaksi semua produk multilateral yang diperdagangkan di ICDX yakni emas, minyak sawit, timah, valuta asing (Forex), dan minyak mentah.
Hingga pertengahan Desember 2021, total volume transaksi multilateral ICDX mencapai 611.198 Lot settled. Produk derivatif komoditas milik ICDX yang terdiri dari emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX) juga menjadi salah satu kontributor utama pencapaian transaksi derivatif multilateral ICDX.
Hingga pertengahan Desember 2021, total transaksi GOFX telah mencapai 599.550 Lot settled, menyentuh angka lebih dari Rp37 triliun. Angka tersebut meningkat 110 persen jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020.
“ICDX berkomitmen untuk terus menumbuhkan Perdagangan Berjangka Komoditi khususnya transaksi multilateral seturut dengan arahan regulator kami, BAPPEBTI, Kementerian Perdagangan. Melihat pertumbuhan yang kami capai tahun ini, ICDX optimistis dapat terus meningkatkan pertumbuhan transaksi multilateral pada 2022,” kata CEO ICDX, Lamon Rutten melalui siaran pers, Selasa (21/12/2021).
Hingga awal Desember ICDX mencatatkan kontrak multilateral dengan pertumbuhan signifikan yakni kontrak emas GOLDUDMic (Micro) dengan volume transaksi 106.666 Lot settled, tumbuh 346 persen jika dibandingkan 2020 pada periode yang sama.
Baca Juga
“Melihat ancaman adanya varian Covid-19 baru, Omicron, yang kini sudah masuk ke Indonesia berpotensi menghambat pemulihan ekonomi global, sehingga tidak menutup kemungkinan emas yang berfungsi sebagai safe haven masih akan menjadi pilihan investasi bagi para investor,” imbuh Rutten.
Selain itu, kontrak emas derivatif yang ada di ICDX juga tersedia dalam ukuran kontrak yang lebih kecil (micro) yang mana ukuran kontraknya sendiri adalah 1/10 jika dibandingkan dengan ukuran kontrak GOFX.
Dengan ukuran atau size yang lebih kecil ini (micro), tentunya dana awalnya juga sangat terjangkau bagi pelaku pasar/trader.
Tidak hanya emas, kontrak minyak mentah COFRMic (Micro) juga mengalami pertumbuhan signifikan 8.828 persen jika dibandingkan 2020 pada periode yang sama dengan total volume transaksi mencapai 76.064 Lot settled.
Tingginya pertumbuhan kontrak minyak mentah didorong oleh krisis energi global akibat keterbatasan gas alam cair dan batu bara yang melanda sejumlah negara di Eropa, China, dan India, sehingga menjadikan permintaan minyak mentah sebagai alternatif naik.
Sedangkan untuk kontrak valuta asing, pasangan AUDNZD menjadi kontrak dengan pertumbuhan paling signifikan 468 persen jika dibandingkan 2020 pada periode yang sama dengan total volume transaksi mencapai 53.960 Lot settled. Kedua mata uang tersebut dianggap risk-on.
Kombinasi ini membantu trader menghindari situasi di mana peristiwa ekonomi atau politik besar menghancurkan strategi yang telah dibangun berdasarkan analisis teknikal dan fundamental.
ICDX menilai, jika trader memperdagangkan mata uang risk-on - seperti dolar Australia atau dolar Selandia Baru - terhadap mata uang risk-off yang dianggap sebagai investasi yang aman di saat ketidakpastian tinggi - ada risiko yang lebih rentan terhadap situasi yang tidak terduga.
Sepanjang 2021, ICDX telah meluncurkan 13 kontrak valuta asing. Enam diantaranya merupakan kontrak dengan ukuran mikro, yakni GBPCADMic, EURCHFMic, NZDJPYMic, AUDCADMic, GBPNZDMic, dan CHFJPYMic.
“Kontrak Forex ICDX khususnya pair mikro memberikan aksesibilitas bagi masyarakat untuk dapat bertransaksi valas dengan dana yang lebih sedikit karena initial margin yang sangat terjangkau,” jelas Rutten.