Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melesu pada perdagangan akhir pekan seiring dengan lonjakan kasus Omicron yang menekan prospek permintaan.
Harga minyak di jalur kerugian mingguan karena melonjaknya kasus varian virus Covid-19 Omicron menimbulkan kekhawatiran bahwa pembatasan baru dapat menekan permintaan bahan bakar, seperti dikutip dari Antara.
Harga minyak mentah Brent kontrak Februari merosot 1,50 poin atau 2 persen menjadi menjadi US$73,52 per barel. Dalam sepekan harga minyak anjlok 3,3 persen,
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS kontrak Januari 2022 turun 0,81 poin atau 2,1 persen menjadi US$70,86 per barel. Sepekan ini, harga minyak WTI melemah 1,1 persen.
"Ada kekhawatiran tentang Covid-19 yang tidak akan hilang, dan persepsi yang dapat membebani permintaan memberi tekanan pada pasar," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Di Denmark, Afrika Selatan, dan Inggris, jumlah kasus baru Omicron meningkat dua kali lipat setiap dua hari. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan pada Jumat (17/12/2021) bahwa pemerintahnya akan mengusulkan pembatasan baru untuk membatasi penyebarannya.
Baca Juga
Di Amerika Serikat, penyebaran cepat varian Omicron telah menyebabkan beberapa perusahaan menghentikan rencana untuk para pekerja kembali bekerja di kantor.
“Pesan kehati-hatian dan peringatan gelombang Covid-19 yang memburuk mulai berdering lebih keras dengan mendekatnya musim liburan akhir tahun, meredam sentimen pasar,” kata Vandana Hari, analis energi di Vanda Insights.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, telah mengatakan bahwa mereka dapat bertemu sebelum pertemuan 4 Januari yang dijadwalkan jika perubahan dalam prospek permintaan memerlukan tinjauan rencana mereka untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Januari.
"Kita bisa melihat konsolidasi lebih lanjut sekitar 70 dolar AS di sesi mendatang karena kita mempelajari lebih lanjut tentang Omicron, pembatasan apa yang akan terjadi, dan apakah OPEC+ akan bereaksi," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
Namun, terlepas dari ancaman Omicron terhadap permintaan, Goldman Sachs mengatakan pada Jumat (17/12/2021) bahwa varian baru memiliki dampak terbatas pada mobilitas atau permintaan minyak, menambahkan bahwa konsumsi minyak diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2022 dan 2023.