Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks LQ45 Berpotensi Tumbuh 10 Persen Tahun Depan

Perbaikan ekonomi pada tahun depan akan menjadi katalis bagi pertumbuhan Indeks LQ45.
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks LQ45 berpotensi tumbuh 8 persen-10 persen pada 2022 seiring dengan proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan mampu naik 10 persen-12 persen.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan IHSG berpotensi tumbuh 10 persen hingga 12 persen pada tahun depan. Namun, akan ada perbedaan lebih kecil sekitar 2 persen pada LQ45.

Oleh karena itu, Wawan optimistis tahun depan LQ45 bisa tembus level 1.000. Apalagi, 70 persen dari bobot indeks komposit berasal dari indeks paling ilkuid tersebut.

“Tahun ini LQ45 underperform karena IHSG bergerak ditopang oleh sektor bank digital dan teknologi. Di indeks LQ45 memang ada Bukalapak perwakilan teknologi tetapi menjadi pemberat karena fundamental yang kurang baik,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (10/12/2021).

Wawan menilai perbaikan ekonomi tahun depan akan menjadi katalis bagi pertumbuhan indeks LQ45. Adapun pendorong akan berasal dari emiten perbankan dengan kapitalisasi jumbo. Maka itu, dia menilai gap antara IHSG dan LQ45 tidak akan sejauh tahun ini.

Wawan merekomendasikan beberapa saham yang menarik untuk dikoleksi seperti emiten-emiten bank berkapitalisasi besar. Sementara untuk bank digital sejauh ini digerakkan oleh ekspektasi pasar bukan profitabilitas.

“Bagi investor yang ingin merasakan keuntungan dari bank digital bisa melihat BCA atau BRI karena keduanya memiliki lini bisnis tersebut serta unit usaha yang beragam,” katanya.

Selain itu, investor juga bisa melirik emiten menara telekomunikasi sebab perkembangan 5G akan membuat sektor tersebut diuntungkan. Belum lagi pemerintah berusaha mempercepat tv digital yang membuat kebutuhan data akan meningkat.

Terakhir adalah emiten-emiten konsumer yang mendorong pemulihan ekonomi. Namun pertumbuhan tahun depan bisa saja terhambat bila ada outbreak pandemi tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper