Bisnis.com, JAKARTA - Indeks saham terlikuid di Bursa Efek Indonesia yaitu indeks LQ45 terpantau kurang bertenaga di sepanjang tahun berjalan. Performanya lebih rendah atau underperfom dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks LQ45 menguat 1,47 persen menjadi 948,61 sejak awal tahun per 10 Desember 2021 (year-to-date). Namun, sejak enam bulan terakhir kinerjanya menguat 4,77 persen.
Realisasi itu underperform dibandingkan IHSG yang sudah menguat 11,27 persen ytd menjadi 6.652,92. Sejak enam bulan terakhir, IHSG juga naik lebih tinggi dibandingkan indeks LQ45 sebesar 8,93 persen.
Dilihat dari konstituen indeks LQ45 yang merupakan saham blue chips, penguatan indeks lebih banyak ditopang oleh saham sektor telco dan perbankan.
Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) merupakan kontributor terbesar dalam penguatan indeks LQ45 sejak awal tahun dengan peningkatan 27,46 persen ytd menjadi Rp4.150.
Selanjutnya saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga turun menambah tenaga dengan kenaikan sebesar 10,93 persen ytd dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 15,89 persen ytd.
Baca Juga
Sementara itu, saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) terpantau menjadi saham anggota indeks LQ45 dengan kenaikan harga tertinggi sejak awal tahun sebesar 96,91 persen menjadi Rp3.200.
Menyusul berikunya saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dengan kenaikan 51,04 persen menjadi Rp20.100 dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang naik 48 persen menjadi Rp3.700.
Dari seluruh indeks saham yang ada di Bursa Efek Indonesia, indeks saham sektor teknologi atau IDX Sector Technology menjadi jawara dengan kinerja paling moncer sejak awal tahun sebesar 706,59 persen.
Menyusul berikutnya saham-saham dari kelompok transportasi dan logistik atau IDX Sector Transportation & Logistic yang naik 63,66 persen dan indeks saham papan pengembangan yang tumbuh 61,05 persen.