Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tapering The Fed dan varian Omicron virus corona akan mempengaruhi harga emas serta emiten-emiten di sektor pertambangan terkait.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan, langkah tapering The Fed merupakan kebijakan yang cenderung hawkish di mata para pelaku pasar.
Kebijakan pengurangan pembelian aset ini akan berimbas positif untuk pergerakan mata uang dolar AS. Sebaliknya, langkah tapering akan menekan harga emas yang menjadi lawan dari mata uang.
Di sisi lain, Nafan menyebutkan, kemunculan varian baru virus corona akan turut meningkatkan risiko di pasar. Kenaikan risiko tersebut akan membuat para pelaku pasar kembali melirik aset seperti emas yang minim risiko.
“Saat risiko naik, pasar akan cenderung melirik emas lagi karena mereka adalah investasi safe haven,” jelasnya dalam acara Mirae Asset Media Day, Kamis (9/12/2021).
Seiring dengan sentimen tersebut, Nafan memprediksi ke depannya harga emas masih akan bergerak fluktuatif. Hal tersebut akan berdampak pada kinerja emiten-emiten pertambangan emas seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Baca Juga
Sebelumnya, Laporan Commodity Markets Outlook dari Bank Dunia menyebutkan, harga emas turun sekitar 1,3 persen pada kuartal III/2021. Koreksi tersebut didorong oleh penurunan minat investor ditengah kenaikan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury.
Imbal hasil dari Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS) tenor 10 tahun tercatat bertambah 10 basis poin pada September 2021. Sementara itu, dolar AS juga menguat seiring dengan dimulainya program tapering off.
Di sisi lain, tingkat kepemilikan pada exchange traded funds (ETF) emas juga menurun tajam sepanjang kuartal III/2021. Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya investor asal wilayah Amerika Utara yang keluar dari aset ini
“Sementara itu, permintaan terhadap perhiasan emas di China dan India mampu menghambat penurunan harga emas sepanjang tahun ini,” demikian kutipan laporan tersebut.
Harga emas diprediksi akan menguat sekitar 1,5 persen hingga akhir tahun 2021 sebelum terkoreksi sebesar 2,5 persen pada tahun 2022 mendatang. Koreksi tersebut disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS.