Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Selasa (7/12/2021) di Asia, terseret dolar AS dan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menguat.
Kendati demikian, kenaikan inflasi dan ketidakpastian atas varian virus Corona, Omicron membatasi kerugian.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di Divisi Comex New York Exchange, merosot US$44,4 atau 0,25 persen, menjadi ditutup pada US$1.779,50 per ounce. Di pasar spot, harga emas juga jatuh 0,30 persen menjadi diperdagangkan pada US$1.778,09 per ounce pada pukul 18.42 GMT.
Sementara itu, pada akhir pekan lalu, Jumat (3/12/2021), emas berjangka melonjak US$21,2 atau 1,2 persen menjadi US$1.783,90 setelah anjlok US$21,60 atau 1,2 persen menjadi US$1.762,70 pada Kamis (2/12/2021), dan terangkat US$7,8 atau 0,44 persen menjadi US$1.784,30 pada Rabu (1/12/2021).
Dolar AS yang menguat, membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun AS berbalik naik. Kenaikan imbal hasil obligasi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan suku bunga.
Emas juga tertekan karena pasar saham global melakukan rebound tentatif dari aksi jual minggu lalu, didorong oleh kekhawatiran atas penyebaran Omicron.
Baca Juga
"Emas akan tetap berada dalam lingkungan perdagangan yang berombak karena ada dorongan tarik-menarik di pasar; satu sisi, kami memiliki pasar yang mengantisipasi tapering yang lebih cepat, dan di sisi lain kami memiliki permintaan safe-haven dengan gagasan inflasi yang memanas," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam Berjangka di High Ridge Futures.
Investor saat ini tengah fokus pada data harga konsumen AS yang akan dirilis akhir pekan ini. Data harga konsumen pada hari Jumat (10/12) akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang strategi kebijakan Federal Reserve AS.
Angka IHK (indeks harga konsumen) yang lebih ringan, meskipun tidak terduga, dapat mengurangi beberapa fokus terhadap kenaikan suku bunga pada 2022, sementara kelemahan tambahan di pasar saham hingga Desember juga dapat mendorong beberapa permintaan safe-haven ke emas, kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Federal Reserve akan mengadakan pertemuan moneter pada 14 dan 15 Desember. Pedagang sedang menunggu untuk melihat bagaimana Fed akan menyesuaikan kebijakan suku bunganya terhadap inflasi.
Logam mulia selain emas, perak untuk pengiriman Maret turun 21,8 sen atau 0,97 persen, menjadi ditutup pada US$22,263 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik US$10,2 atau 1,1 persen, menjadi ditutup pada US$936,40 per ounce.