Bisnis.com, JAKARTA - Tambahan pendanaan untuk melanjutkan sejumlah proyek dan potensi divestasi aset menjadi alasan bagi analis memberikan rekomendasi overweight untuk saham-saham BUMN Karya pada 2022.
Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari mengatakan pada 2022 nanti perusahaan konstruksi dipastikan kembali menyusun ulang pendanaan untuk memulai pengerjaan proyek.
Adapun, anggaran infrastruktur dari APBN telah ditetapkan senilai Rp384,77 triliun pada 2022 atau lebih rendah dibandingkan tahun ini senilai Rp417,4 triliun. Sementara itu, berdasarkan PP No. 85 tahun 2021, pemerintah mengalokasikan Rp510,79 miliar untuk pengembangan ibu kota baru di Kalimantan Timur.
“Pada 2022, perusahaan BUMN konstruksi juga akan mengeksekusi aksi korporasi seperti restrukturisasi dan recycling asset untuk mengembalikan arus kas,” tulis Ajeng dalam riset terbaru, dikutip Senin (6/12/2021).
Untuk 2021, Ajeng memperkirakan kontribusi sektor swasta dalam proyek baru konstruksi bakal turun 15 persen - 20 persen akibat pandemi masih berlangsung. Dengan demikian, kontrak baru dari sektor swasta diperkirakan rebound pada 2022.
Sementara itu, keberadaan Indonesia Investment Authority (INA) telah menjadi game changer di industri konstruksi. INA bahkan telah meluncurkan konsorsium bersama 3 agensi internasional dengan potensi pengelolaan dana mencapai Rp54 triliun.
Baca Juga
Dana tersebut rencananya akan digunakan khusus untuk sektor infrastruktur seperti untuk pendanaan, yang diperkirakan bakal dialirkan tahun depan.
Sementara itu, beberapa kontraktor BUMN juga akan mengincar peluang divestasi aset termasuk ke INA. Tahun depan, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) berencana mendivestasikan 4 ruas tol sedangkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) juga disebut berencana menjual beberapa asetnya.
Ajeng pun memberikan rekomendasi beli untuk saham JSMR dengan target harga Rp5.130, WIKA dengan target harga Rp1.750, dan PTPP dengan target harga Rp1.700.
Di sisi lain, Analis MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan menurunkan rekomendasi saham BUMN Karya menjadi netral dari sebelumnya overweight. Dia menjelaskan sentimen keberadaan INA memang dapat menjadi harapan bagi perusahaan konstruksi. Namun, pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan tetap menjadi tantangan terbesar di industri konstruksi.
“Namun, pelaku pasar dapat mengambil untung [dari saham BUMN Karya] dengan momentum saat ini, yaitu harga rata-rata diperdagangkan sebesar 1 kali PBV dan ada potensi window dressing pada Desember 2021,” tulis Rudy dalam riset terbaru.
Rudi memberikan rekomendasi tahan untuk semua saham BUMN karya yaitu ADHI dengan target harga Rp1.130, PTPP dengan target harga Rp1.350, WIKA dengan target harga Rp1.270, dan WSKT dengan target harga Rp880.
Di lantai bursa, keempat saham BUMN Karya kompak menguat pada Senin (6/12/2021) pukul 13.49 WIB. Saham WIKA memimpin penguatan sebesar 1,76 persen menjadi Rp1.155. Sejak awal tahun, WIKA masih turun 41,81 persen.
Selanjutnya saham PTPP naik 1,38 persen menjadi Rp1.100. Sejak awal tahun harga turun 40,75 persen.
Saham WSKT menguat 1,28 persen menjadi Rp790 dan sejak awal tahun kreksi 45,14 persen. Sedangkan ADHI menguat 0,64 persen menjadi Rp785 dan sejak awal tahun harga masih turun 32,90 persen.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.