Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Varian Baru Corona, Harga Minyak Mendingin

Penyebaran baru virus corona berpotensi membatasi kembali banyak jadwal penerbangan.
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak anjlok menyusul kekhawatiran negara-negara anggota OPEC+ akan kemungkinan penurunan permintaan di tengah merebaknya varian baru virus Corona.

Head of Asia Unit Vitol, broker minyak terbesar dunia, Mike Muller mengatakan para negara produsen ragu memutuskan apakah bisa tetap pada rencana kenaikan produksinya. Pasalnya, adanya varian Corona baru bisa menjadi pertanda konsumsi akan kembali merosot.

"Menyebarnya varian baru Corona berpotensi membatasi kembali banyak jadwal penerbangan," ujarnya dilansir dari Bloomberg, Minggu (28/11/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate bahkan anjlok ke bawah US$70 per barel. Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11/2021), harga minyak WTI turun 13,06 persen ke US$68,15 per barel, untik pertama kalinya sejak September. Sementara itu, harga minyak Brent turun 11,55 persen ke US$72,72 per barel.

OPEC+ yelah memberikan peringatan soal kelebihan pasokan setelah AS dan negara komsumen lainnya berencana untuk merilis cadangan minyak strategisnya.

"OPEC+ telah memberi peringatan. Di luar fakta adanya sebaran varian baru, namun tebakan OPEC+ nampaknya benar. Mereka akan mempertimbangkan fundamental ini di samping kemungkinan kenaikan permintaan menjelang musim dingin," imbuh Muller.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia, akan mengadakan pertemuan pekan depan untuk menentukan akantetap pada rencananya memproduksi dengan peningkatan 400.000 barel per hari. 

Organisasi secara perlahan melakukan pengiriman minyak ke pasar global setelah memangkas produksinya hingga separuh pada 2020 karena pandemi. Selanjutnya, OPEC+ akan membicatakan terkait produksi pada Januari, apakah kenaikan yang sudah dilakukan harus dihentikan sementara untuk memgimbangi fluktuasi permintaan.

"Pasar saat ini dibayangi kekhawatiran yang tak jelas," ujar Muller.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper