Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak turun sebesar US$10 dolar AS per barel pada akhir perdagangan Sabtu di Asia (27/11/2021). Penurunan ini menjadi penurunan harian terbesar sejak April 2020.
Turunnya harga minyak dunia dipicu oleh varian baru virus Corona yang membuat investor takut dan menambah kekhawatiran bahwa surplus pasokan dapat membengkak pada kuartal pertama tahun depan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari tergelincir US$9,50 atau 11,6 persen, menjadi menetap di US$72,72 per barel dan mencatat penurunan mingguan lebih dari 8,0 persen.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari anjlok US$10,24 atau 13,1 persen menjadi ditutup di US$68,15 per barel dalam perdagangan volume tinggi setelah liburan Thanksgiving, Kamis (25/11/2021). Adapun, selama minggu ini, WTI turun lebih dari 10,4 persen.
Harga minyak turun bersama jatuhnya harga saham global di tengah kekhawatiran varian baru virus Corona yang bisa meredam pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Organisasi Kesehatan Dunia telah menetapkan varian baru, yang diberi nama Omicron, sebagai "perhatian" baru. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Kesehatan Afrika Selatan.
Baca Juga
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Guatemala, dan negara-negara Eropa termasuk di antara mereka yang membatasi perjalanan dari Afrika Selatan, tempat varian itu terdeteksi.
"Pasar mempertimbangkan situasi skenario terburuk di mana varian ini menyebabkan kehancuran permintaan besar-besaran," kata Direktur Energi Berjangka di Mizuho Bob Yawger.
Berita tentang varian tersebut menyebabkan keributan di pasar yang sebelumnya terjebak antara negara-negara produsen dan konsumen.
"Ketakutan terbesar adalah bahwa itu akan resisten terhadap vaksin dan menjadi kemunduran besar bagi negara-negara yang telah menuai manfaat dari peluncuran mereka," kata Analis Pasar Senior di OANDA Craig Erlam.
OPEC+ juga memantau perkembangan seputar varian tersebut. Pasar juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa varian baru itu dapat memperburuk prospek pasar minyak kurang dari seminggu sebelum pertemuan untuk menetapkan kebijakan.
Para ilmuwan sejauh ini hanya mendeteksi varian Omicron dalam jumlah yang relatif kecil, terutama di Afrika Selatan, Botswana, Hong Kong dan Israel. Namun mereka khawatir dengan jumlah mutasi yang tinggi yang dapat membuatnya kebal vaksin dan lebih mudah menular.
Pembuat obat Pfizer dan BioNTech mengatakan jika perlu mereka akan dapat mendesain ulang suntikan mereka dalam 6 minggu dan mengirimkan batch awal dalam 100 hari.
Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan mengatakan akan berbicara dengan Inggris untuk mencoba mempertimbangkan kembali larangan perjalanannya.
"Kekhawatiran langsung kami adalah kerusakan yang akan ditimbulkan keputusan ini terhadap industri pariwisata dan bisnis kedua negara," kata Menteri Luar Negeri Naledi Pandor dalam sebuah pernyataan.
Harga minyak naik di awal pekan karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menyatakan akan mengurangi produksi sebagai tanggapan atas rilis strategis dari negara-negara konsumen besar yang menjadi anggota Badan Energi Internasional.
Dilansir dari Antara, rilis seperti itu kemungkinan akan membengkakkan pasokan dalam beberapa bulan mendatang, kata sumber OPEC, berdasarkan temuan panel ahli yang memberi nasihat kepada para menteri OPEC.
"Penilaian awal OPEC tentang pelepasan terkoordinasi dan kemunculan tiba-tiba varian baru virus Corona menimbulkan kekhawatiran serius tentang pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan minyak dalam beberapa bulan mendatang," kata analis PVM Tamas Varga.