Bisnis.com, JAKARTA — PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) mempertimbangkan untuk kembali memperluas sektor bisnisnya pada pertambangan mineral lainnya.
DIrektur KKGI Winanto Wina mengatakan, proses ekspansi perusahaan akan berlanjut pada tahun 2022 mendatang. Salah satu langkah perluasan bisnis tersebut adalah dengan memasuki bisnis pertambangan mineral lainnya.
Winanto memaparkan, perusahaan belum memutuskan sektor mineral yang menjadi pilihan. Menurutnya, KKGI akan terus memantau perkembangan pasar dan tren yang ada sebelum memutuskan segmen bisnis barunya.
“Kami masih terus mencari peluang pasar yang optimal. Salah satu yang kami pantau adalah pasir besi, tetapi sektor-sektor lainnya juga terus dimonitor,” jelasnya dalam paparan publik perusahaan, Kamis (25/11/2021).
Dia memaparkan, pada tahun ini, KKGI telah memulai produksi nikel pada tambangnya yang berada di wilayah Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Tambang tersebut ditargetkan dapat memproduksi 100.000 ton nikel per bulannya.
KKGI menargetkan dapat mencapai target produksi nikel sebesar 600.000 ton hingga akhir tahun. Jumlah ini sesuai dengan kuota yang diberlakukan pada pemilik izin usaha pertambangan (IUP).
“Kami sebenarnya menargetkan 100.000 ton per bulannya, sehingga bisa mencapai 1,2 juta ton hingga akhir 2022. Tetapi, kami harus menghormati adanya pemberlakuan kuota untuk pemilik IUP,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur KKGI Agoes Soegiarto mengatakan, perusahaan melalui PT Insani Baraperkasa merencanakan untuk meningkatkan produksi dan penjualan batu bara menjadi 4 juta ton. Hal ini akan dilakukan sesuai dengan kondisi dan permintaan pasar ke depannya.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah dengan menambah sarana-prasarana serta membeli alat-alat berat untuk mendukung produksi pada blok-blok produksi yang ada.
Seiring dengan hal tersebut, KKGI telah menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$2 juta–US$2,5 juta.
“Pembelian sarana-prasarana dan alat-alat berat itu terutama untuk produksi pada area konsesi PT Loa Haur di Kalimantan Tengah yang akan dimulai pada pertengahan 2022,” katanya.