Bisnis.com, JAKARTA – Setelah resmi menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. atau Mitratel tidak beranjak jauh atau bahkan turun dari harga saat penawaran umum perdananya.
Berdasarkan data Bloomberg pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (25/11/2021), harga saham Mitratel dengan kode MTEL tersebut terpantau melemah 0,65 persen atau 5 poin ke level 770.
Penurunan harga tersebut membuat banyak investor mempertanyakan anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. tersebut, karena di banyak kesempatan emiten yang baru melakukan aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di hari-hari perdananya mengalami peningkatan harga bahkan menyentuh auto reject atas (ARA).
Chief Investment Officer Mitratel Hendra Purnama dalam acara Coffee Chat yang diselenggarakan Indonesia Investment Education (IIE) mengatakan manajemen perseroan saat ini sedang bekerja mengikuti performa baik perseroan.
“Kita perform dengan sebaik baiknya. Dan kita strong believe di tahun ini result kita akan bagus sesuai dengan target. Jadi itu salah satu KPI [key performance index] kita juga dari manajemen,” ungkap Hendra dalam acara yang diadakan IIE, Rabu (24//11/2021)..
Dia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada investor ritel yang telah berpartisipasi dan menunjukkan minatnya terhadap Mitratel sebagai perseroan yang baru bertengger di pasar modal.
Baca Juga
Lebih lanjut Hendra menyampaikan bahwa terkait regulasi yang ada, di mana perseroan tidak diperbolehkan mendistribusikan informasi baru, dalam satu bulan lebih setelah IPO.
Oleh karena itu ungkapnya perusahaan akan mengeluarkan informasi terbaru setelah melewati regulasi tersebut adalah laporan keuangan MTEL untuk tahun 2021. Dia berharap dari hasil laporan keuangan nanti kinerja baik perseroan akan tergambar dan akan terefleksi dalam kenaikan harga saham.
“Saya harapkan itu [laporan keuangan Mitratel kuartal IV/2021] bisa sesuai dengan ekspektasi. Dan juga harga saham di market dengan sendirinya bisa ter-reflect di sana juga. Kita sangat antusias,” katanya.
Investment Consultant Rita Efendy sebagai host dalam acara tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu rencana perseroan untuk menyediakan 5G di Indonesia dengan meningkatkan fiber optik. Layanan ini dipercaya menjadi katalis positif perseroan ke depannya.
Rita menyarankan untuk para investor untuk melihat terlebih dahulu kinerja perseroan. Sambil menunggu prosesnya ekspansi bisnis perseroan, ditambah lagi saham Mitratel juga baru listing di BEI.
“Jadi teman-teman investor ya harus lihat dulu kinerja. Baru bisa kita lihat harga sahamnya,” jelas Rita.
Menurutnya saham perseroan dengan kapitalisasi pasar yang besar, harga sahamnya tidak bisa langsung naik tinggi sehingga membutuhkan waktu. Dia menyampaikan, selama kinerja perseroan positif, biasanya harga saham akan mengikuti pergerakan dari kinerja itu sendiri.
Mitratel yang baru saja IPO dalam empat hari lalu, tepatnya Senin (22/11/2021), tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp64,31 triliun.