Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geliat Emiten Kumpulkan Dana dari Publik, Pasang Harga Rendah Jadi Strategi?

Tidak cukup dengan menggelar aksi penawaran saham perdana (IPO), emiten memasang sejumlah strategi untuk menggalang dana lebih besar, di antaranya mematok harga IPO yang rendah.

Strategi tarik minat investor

Sementara itu, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana meyakini jika penawaran yang mendekati batas bawah adalah strategi dari masing-masing emiten untuk mengoptimalkan antara kebutuhan internal dengan minat investor. Selain itu, dia juga percaya jika likuiditas di pasar masih baik sehingga kecil kemungkinan investor tidak mampu menyerap.

“Investor tidak kekurangan likuiditas, dana pihak ketiga bank masih besar,” ungkapnya kepada Bisnis. Dia juga tidak sepakat jika investor telah enggan mengoleksi saham anyar.

Pasalnya, dia menilai pergerakan saham IPO dalam jangka pendek di tahun ini sangat baik. Adapun dari 40 emiten yang sudah tercatat hanya ada 1 saham yang pada hari pertama negatif.

Hal ini menunjukan minat inevstasi yang besar dari investor. Dia pun mengingatkan dalam jangka panjang harga saham akan selaku mencerminkan kinerja fundamentalnya.

Maka itu, dia berpendapat tidak seharusnya calon emiten menunda agenda IPO karena tren belakangan ini. “Saya kira tidak perlu ada pengunduran, justru semua IPO tahun ini terserap dengan baik karena dana nganggur masyarakat sedang tinggi,” imbuhnya.

Selain itu, ekspektasi pemulihan ekonomi sedang tinggi semisal IPO ditunda hingga tahun depan lalu kondisi kesehatan justru memburuk hingga PPKM kembali diperketat investor bisa menunda investasi.

Wawan pun mengingatkan investor sebelum membeli saham IPO haru memiliki tujuan investasi yang jelas. “Bila jangka panjang maka tetap memperhatikan prospek bisnis dan valuasi masing-masing emiten, untuk jangka pendek idealnya memiliki batasan yang jelas, misal bila sudah 30 persen profit taking, atau bila merugi 10 persen sebaiknya cutloss,” katanya.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan tidak selalu saham anyar harus dipatok pada rentang harga tertinggi. Menurutnya yang terpenting adalah harga dapat mencerminkan valuasi.

“Kalau harga dibuat ketinggian tidak menarik meskipun valuasinya bagus. Tetapi jika sesuai akan mengundang minat untuk menyerap minat pasar,” katanya kepada Bisnis.

Maximilianus menambahkan ada dua hal yang paling sulit bagi emiten IPO saat ini. Pertama adalah menjaga ekspektasi harga dengan fundamental. Kedua adalah menjaga ekspektasi pelaku pasar. Pasalnya setiap investor berharap saham anyar bisa terus menerus ARA sedangkan hal tersebut tidak mungkin.

Dia pun berharap, tren belakangan ini tidak menyurutkan niat emiten untuk menjadi perusahaan publik. Menurutnya selama calon emiten memiliki prospek bisnis yang cemerlang dalam jangka panjang, kapitalisasi pasar yang baik dan ekosistem bisnis yang matang pasti investor akan menyerap.

Selain itu dia mengingatkan agar para investor mengenali dan memahami bisnis emiten IPO sebelum membelinya. Setelah itu menelisik dan mengukur prospek bisnis di masa yang akan datang. Terakhir baru menghitung valuasi dengan indikator-indikator.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper