Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukit Asam (PTBA) Incar 50 Persen Porsi Pendapatan Bisnis Nonbatu Bara pada 2022

PTBA tengah menggenjot sejumlah lini bisnis di luar batu bara, di antaranya gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Alat stacker-reclaimer batu bara milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)/Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho
Alat stacker-reclaimer batu bara milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)/Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, MUARA ENIM – Emiten pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terus menggenjot porsi pendapatan dari sektor nonbatu-bara.

Emiten dengan kode saham PTBA ini bahkan menargetkan 50 persen porsi pendapatan dari sektor di luar batu bara pada tahun 2026 mendatang.

Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan pendapatan tersebut bisa diperoleh dari bisnis gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Selain itu, perseroan juga tengah mengembangkan bisnis properti, perkebunan, serta, dari pengembangan properti, perkebunan, dan produk-produk turunan batu bara.

“Gasifikasi saat ini sudah hampir final dengan Air Products dan Pertamina, serta mendapag dukungan penuh dari pemerintah. Kita harap 2024 atau 2025 DME sudah bisa jalan,” ungkap Suryo, dikutip Jumat (19/11/2021).

Dirinya menargetkan perseroan dapat memulai studi kelayakan untuk proyek ini pada kuartal III atau IV  2022.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia melakukan penandatangan Nota Kesepahaman senilai US$15 miliar atau setara Rp210 triliun untuk proyek gasifikasi batu bara dan turunannya.

PTBA dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) turut menandatangani Nota Kesepahaman dengan Air Products ini.

Meskipun menggenjot porsi pendapatan di luar pertambangan batu bara, PTBA memproyeksi  prospek bisnis batu bara di tahun 2022 masih menjanjikan.

Menurut Suryo, hal ini didukung oleh sejumlah faktor yang membuat harga tetap stabil hingga akhir tahun 2022.

Salah satu faktornya adalah pandemi Covid-19, sehingga negara-negara yang tadinya sudah meninggalkan batu bara kembali menggunakan komoditas emas hitam ini.

“Selain itu, pertumbuhan industri yang berbasis batu bara juga semakin meningkat,” ujarnya.

Ia melanjutkan, produksi China masih terbatas juga turut menopang harga batu bara, ditambah dengan perang dagang China – AS dan masih memanasnya konflik dengan Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper